Perencanaan, Instruksi, dan Teknologi
PENDAHULUAN
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi,
sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran.
Perkembangan ilmu dan teknologi, tuntutan serta kebutuhan masyarakat
menyebabkan perubahan komponen pembelajaran (guru, peserta didik, metode, serta
lingkungan tempat berlangsungnya prosess pembelajaran). Perubahan tersebut
menyebabkan adanya beberapa kecenderungan baru dalam pembelajaran, di antaranya
adalah:
1.
Pusat pembelajaran yang semula adalah guru (teacher centered) beralih pada peserta
didik (students centered).
2.
Media pembelajaran yang semula berupa media
konvensional cenderung berubah menjadi media elektronik.
Setiap guru yang mengajar, pasti menginginkan proses pembelajaran
berhasil. Guru tidak hanya sekedar meyampaikan materi pelajaran belaka, tetapi
bagaimana peserta didik paham dan mengerti terhdapa materi yang disampaikan
tersebut. Fenomena-fenomena yang terjadi sekarang ini adalah guru mengajar
hanya mengajar target tersampaikannya materi dan terpenuhinya jam mengajar selama
24 jam dalam seminggu. Tidak memperdulikan bagaimana meningkatkan kulaitas
belajar peserta didik. Padahal peserta didik sangat membutuhkan pemahaman yang
mendalam ter-hadapa materi, apalagi materi pelajaran yang mayoritas peserta
didik menganggap sulit.
Menurut Jmal Ma’mur Asmani (2009) untuk meningkatkan kualitas belajar
peserta didik, dibutuhkan sebuah proses kreatif dalam pembelajaran, yakni
upaya-upaya penting yang dilakukan untuk mendayagunakan potensi kognitif dan
afektif dari peserta didik secara optimal, sehingga ide-ide baru dan cerdas
lebih terakomodasi. Proses kreatif juga berarti bagaimana membuat setiap
peserta didik memiliki multi perspektif dan cara pandang yang luas terhadap
sebuah fakta. Selain itu, proses kreatif juga berarti bahwa setiap peserta
didik mampu mengamati hal-hal detail yang menjadi rujukan dalam berpendapat
maupun menyelesaikan permasalahan baik untuk dirinya sendiri maupun komunitas
dalam masyarakat.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran
di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru
malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola
kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber,
serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Menciptakan pembelajaran yang berkualitas tidak semudah membalikan
telapak tangan, membutuhkan suatu perencannaan yang matang dan penuh
perhitungan. Sering orang mengatakan
bahwa jika orang gagal membuat suatu rencana, maka dia merencanakan kegagalan.
Perencanaan adalah aspek penting untuk menjadi guru yang kompeten. Guru harus
bisa mrencanakan pembelajaran semaksimal mumkin, baik itu perencanaan jangka
pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
Dalam pembelajaran guru senantias memanfaatkan teknolgi, sehingga dapat
membantu guru dalam menyampaikan materi dan sekaligus membantu siswa dalam
memehami materi pelajaran. Teknologi pembelajaran sangat dibutuhkan untuk
men-ciptakan pembelajaran yang berkualitas. Peserta didik dewasa ini tumbuh di
dunia yang jauh berbeda dengan di mana ketika orang tua dan kake mereka masih
menjadi murid. Jika peserta didik ingin siap kerja, teknologi harus menjadi
bagian yang tidak terpisahkan di sekolah dan pembelajaran di kelas. Oleh sebab
itu, untuk menghasilkan lulusan sekolah yang berkualitas, maka teknolgi
pembelajaran sangat mendukung terciptanya tujuan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dituliskan rumusan
masalah, sebagai berikut:
1.
Bagaimana merencanakan suatu pembelajaran?
2.
Apakah yang dimaksud perencanaan instruksional?
3.
Bagaimana perencanaan dan instruksi Teacher-Centered?
4.
Bagaimana perencanaan dan instruksi Learner-Centered?
5.
Apakah yang dimaksud dengan teknologi pendidikan dan
bagaimana pengaruhnya dalam pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1.
Menjelaskan perencanaan pembelajaran.
2.
Mejelaskan definisi perencanaan instruksional.
3.
Menjelaskn perencanaan dan instruksi Teacher-Centered.
4.
Menjelaskan perencanaan dan instruksi Learner-Centered.
5.
Menjelaskan pengertian teknologi pendidikan dan
pengaruhnya dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Instruksional
Perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusuanan strategi
sistematik dan tertata untuk merencanakan pembelajaran. Guru perlu menentukan
seperti apa dan bagaiman mereka akan mengajar. Walaupun beberapa instruksional
yang baik kadang terjadi spontan, pelajaran harus tetap dirancanakan secara
tepat. Perencanaan instruksional dimaksudkan untuk bisa dipergunakan di sekolah
dasar, sekolah lanjutan, maupun perguruan tinggi. Bisa diterapkan mula-mula
dari judul, pokok bahasan, dan untuk kesatuan mata pelajaran yang pada
hakikatnya melibatkan beberapa pengajar.
Menurut Philip Commbs dalam (dalam Harjanto, 2005) perencanaan
pembelajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis
proses perkembangan pendidikan dengan tujuan pendidikan itu lebih efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan guru, peserta didik, dan masyarakat.
Dengan demikian, perncanaan pembalajaran adalah proses pengambilan keputusan
hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan prilaku serta
kegiatan yang harus dilakasanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tesebut
dengan memanfaatkan potensi dan sumber belajar yang ada.
Perencanaan pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Guru punya acuan dalam menyampaikan meteri pembelajaran sebagaimana yeng
tertuang dalam perencanaan pembelajaran. Guru perlu merencanakan apa yang harus
dilakaukn oleh peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
optimal, di samping guru juga harus merencankan apa yang sebaiknya diperankan
oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran. Perencanaan dapat membantu
pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu, dan memberi
peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Karena
itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi pengelolaan pada
umumnya menempati posisi yang amat penting dan amat menentukan.
Menurut Harjanto (2006) ciri-ciri perencanaan pembelajaran, yaitu:
1.
Prencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses
berfikir, artinya suatu perencanaan pembelajaran disusun tidak asal-asalan,
tapi mempertimbangkan segala aspek dan potensi serta segala sumber daya yang
ada untuk mendukung keberhasilan pembelajaran.
2.
Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah prilaku
siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.
Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian
kegiatan yang harus dilak-sanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karean itu,
tujuan pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoaman dalam mendesain
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Memperhatikan ciri-ciri diatas, maka perencanaan pembelajaran merupakan
proses yang kompleks dan tidak sederhana. Proses perencanaan memerlukan
pemikiran yang matang, sehingga dapat berfungsi sebagai acuan dan pedoman guru
dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.
Ketika kita menyusun suatu perncanaan, tentu kita akan mengambil
keputusan alternatif mana yang terbaik dalam proses pencapaiaan tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, ada beberapa manfaat
yang dapat kita petik dari penysusunan perencanaan pembelajara.
1.
Akan terhidar dari keberhasilan yang untung-untungan.
2.
Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
3.
Untuk memanfaatkan sebagai sumber belajar secara tepat.
4.
Untuk membuat pembelajaran berjalan secara sistematis,
terarah, dan terorganisir.
Robet Yinger (dalam Santrock, 2007; dan Wina Sanjaya, 2009)
meng-identifikasi lima rentang perencanaan guru, yaitu
1.
Perncanaan tahunan
Perencanaan tahunan merupakan acuan dalam menyusun program-progrm selanjutnya.
Pada perencanaan tahunan disusun waktu pelajaran efektif, hari-hari libur
termasuk unit-unit materi dan buku-buku pelajaran. Program penyusunan tahunan
pada dasarnya adalah menetapkan jumlah waktu yang tersedia untuk setiap
kompetensi dasar.
2.
Perencanaan term
Pada perencanaan ini ditentukan set pelajaran beserta aktifitas siswa
sebagai tujuan terminal atau tujuan antara.
3.
Perncanaan unit
Perencanaan unit pelajaran didasarkan pada tujuan umum yang harus
ditempuh seperti yang telah dirumuskan dalam program tahunan. Banyaknya unit
pelajaran yang dibutuhkan, sangat tergantung kepada organisasi kegiatan
pembelajaran dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
4.
Perencanaan mingguan
Perencanaan mingguan merupakan program penjabaran dari perencanaan unit.
5.
Perencanaan harian
Pada perencanaan harian kegiatan belajar beserta tujuan pembelajaran
disusun secara spesifik, sehingga keberhasilan pembelajaran dapat dilihat
sektika.
Menurut Harjanto (2005) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
menentukan alokasi waktu pelajaran, yaitu:
1.
Tentukan pada bulan apa kegiatan belajar dimulai dan
bulan apa berakhir pada semester pertama dan kedua.
2.
Tentukan jumlah minggu efektif pada setiap bulan
setelah diambil minggu-minggu ujian dan hari libur.
3.
Tentukan hari belajar efektif dalam setiap minggu.
Misalnya bagi sekolah yang menentukan belajar dimulai dari hari senin sampai
jumat berarti hari efektif adalah 5 hari kerja, sedangkan sekolah yang
menentukan belajar dari senin sampai sabtu, berarti hari efektif adalah 6 hari.
A. Perencanaan dan Instruksi Teacher-Centered
Perencanaan dan instruksi Teacher-Centered
adalah perencanaan pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam pembelajaran teacher-centerd guru menjadi peran utama
dalam menyampaikan materi terhadap pesarta didik. Perencanaan dan instruksi
disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran peserta didik. Menurut
Santrock (2007) ada tiga komponen dalam perencanaan teacher-centerd adalah menciptakan sasaran behavioral (prilaku),
menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasikfikasi) instrusional.
1.
Menciptakan sasaran behavioral (behavioral objectives)
Sasaran behavioral (behavioral objectives)
adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi
dalam kinerja murid. Menurut Robert Marger (1962) dalam Santrock (2007) sasaran
behavioral harus spesifik. Marger berpendapat bahwa sasaran behavioral harus
mengandung tiga bagian.
a.
Prilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau
dilakukan murid.
b.
Kondisi di mana prilaku terjadi. Menyatakan bagaimana
prilaku akan evaluasi atau dites.
c.
Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat
diterima.
2.
Menganalisis tugas
Alat lain dalam perencanaan teacher-centered
adalah analisis tugas, yang difo-kuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks
yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen. Analisis ini melalui tiga
langkah dasar, yaitu:
a.
Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid
untuk mempelajari tugas.
b.
Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas,
seperti kertas, pensil, kalkulator, dan sebagainya.
c.
Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
3.
Menyusun taksonomi instruksional
Taksonomi instruksional dapat membantu pendekatan teacher-centerd. Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi
Bloom dikembangkan oleh Benjamin Bloom dan kawan-kawannya (1956). Taksonomi ini
mengklasifikasikan sasaran pendi-dikan menjadi tiga domain, yaitu:
a.
Domain kognitif
Taksonomi kognitif Bloom
mengandung enam sasaran, (Bloom dkk., 1965)
1)
Pengetahuan. Murid mempunyai kemampuan untuk mengingat
informasi.
2)
Pemahaman. Murid memahami informasi dan dapat
menerangkannya dengan menggunakan kalimat sendiri.
3)
Aplikasi. Murid menggunakan pengetahuan untuk
memecahkan problem kehidupan.
4)
Analisis. Murid memcah informasi yang kompleks menjadi
bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain.
5)
Sintesis. Murid mengombinasikan elemen-elemen dan
menciptakan informasi baru.
6)
Evalusi. Murid membuat penilaian dan keputusan yang
baik.
Pertama kali menyajikan taksonomi ini, Bloom mendiskripsikan enam sasran
kognitif yang diurutkan secara hierarkis dari level rendah (pengatahuan,
pemahaman) ke level tinggi (aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi), dengan
sasaran level tinggi dibangun di atas sasaran level rendah. Sasaran kognitif
Bloom dapat dipakai saat penilaian perncanaan. Soal/ benar salah, pilihan
ganda, dan jawaban singkat seringkali dipakai untuk menilai pengetahun dan
pemahaman. Pertanyaan esai, diskusi kelas, proyek, dan porto folio adalah
cara untuk menilai aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
b.
Domain afektif.
Taksonomi afektif terdiri dari
lima sasaran yang berhubungan dengan respon emosional terhadap tugas
(Krathwohl, Bloom, & Meisa, 1964). Masing-masing dari lima sasaran itu
mensyaratkan agar murid menunjukkan tingkat komitmen atau intensitas emosional
tertentu. Kelima saasaran itu, adalah:
1)
Penerimaan. Murid mengetahui atau memperhatikan sesuatu
di lingkungan.
2)
Respons. Murid termotivasi untuk belajar dan
menunjukkan prilaku baru sebagai hasil dari belajar.
3)
Menghargai. Murid terlibat atau berkomitmen pada
beberapa pengelaman.
4)
Pengorganisasian. Murid mengintegrasikan nilai baru
keperangkat nilai yang sudah ada dan memberi prioritas yang tepat.
5)
Menghargai karakterisasi. Murid bertindak sesuai dengan
nilai tersebut dan berkomitmennya kepada nilai tersebut.
c.
Domain psikomotor.
Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah:
1)
Gerak refleks. Murid merespon suatu stimulus secara
refleks tanpa perlu banyak berfikir.
2)
Gerak fundamental dasar. Murid melakukan gerakan dasar
untuk tujuan tertentu.
3)
Kemampuan perseptual. Murid menggunakan indra, seperti
penglihatan, pendengaran, sentuhan, atau melakukan sesuatu.
4)
Kemampuan fisik. Murid mengembangkan daya tahan,
kekuatan, fleksi-belitas, dan kegesitan.
5)
Gerakan terlatih. Murid melakukan keterampilan fisik
yang kompleks dengan lancar.
6)
Prilaku nondiskusif. Murid mengomunikasikan perasaan
dan emosinya melalui gerak tubuh.
Taksonomi Bloom untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor dapat
digunakan oleh guru untuk merancang instruksi. Di masa lalu, perancanaan
instruksional umumnya difokuskan pada saran kognitif dan behavioral. Taksonomi
Bloom memberikan pertimabangan yang luas dengan memasukkan domain afektif dan
psikomotor. Taksonomi Bloom ini data dijadikan bahan pertimbangan guru bahkan
dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dengan pendekatan teacher-centared. Dengan memperhatikan taksonomi Bloom, guru
stidaknya mempuanyai pengtahuan awal dalam menentukan capaian tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan teache-centerd
menggambarkan guru menjadi peran utam dan menjadi instrkusi langsung dalam
pembelajaran. Menurut Joyce & Weil,
1996 dalam Santrock (2007) instruksi langsung (direct intruction) adalah
pendekatan teacher-centerd yang
terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru yang
tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk
tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif
terhadap murid. Fokus instruksi langsung adalah aktifitas akademik, materi non
akademik (seperti mainan, game, dan teka teki) cenderung tidak dipakai,
interaksi murid guru (seperti percakapan atau perhatian tentang diri atau
pribadi) juga tidak begitu ditekankan. Jadi, instruksi langsung dapat dikatakan
menekankan adanya aktifitas dari kegiatan akademik yang terus menerus, tanpa
memperhatikan pengaruh non akademik.
Selain instruksi langsung, perencanaan pembelajaran teacher-centered dapat menggunakan
bermacam strategi yang sesuai
dengan materi yang akan disamapaikan terhadap peserta didik. Menurut Santrock
(2007) banyak startegi teacher-centered
merepleksikan instruksi langsung dari guru, yaitu:
1.
Mengorintasikan
Sebelum memulai pelajaran, susunlah kerangka dan orientasikan murid ke
dalam materi baru tersbut. Ada yang yang harus ditempuh dalam strartegi
orientasi.
a.
Review
aktivitas sehari seblumnya.
b.
Diskusikan sasaran pelajaran.
c.
Beri instruksi yang jelas dan eksplisit tentang tugas
yang harus dikerjakan.
d.
Beri ulasan atas pelajaran untuk hari ini.
2.
Advance
organizer
Advance organizer adalah
aktifitas dan teknik pengajaran dengan membuat kerangka pelajaran dan
mengorientasikan murid pada materi sebelum materi itu diajarakan (Ausabel 1960,
dalam Santrock, 2007)). Advance organizer
terdiri dari dua bentuk, yaitu:
a.
Exspository,
adalah memberi murid pengetahuan baru yang akan meng-orientasikan mereka
kepelajaran yang akan datang.
b.
Comporative,
adalah memperkenalkan materi baru dengan mengaitkannya dengan apa yang sudah
diketahui murid.
3.
Pengajaran, penjelasan, dan demostrasi
Pengajaran dengan paparan/ ceramah (lecturing),
penjelasn dan demonstrasi adalah aktifitas yang biasa dilakukan guru dalam
pendekatan instruksi langsung. Demontrasi sangat efektif untuk mengajarkan
konsep dalam sains.
4.
Pertanyaan dan diskusi.
Dalam strategi ini berfungsi untuk merespon setiap kebutuhan pembelajaran
murid sembari menjaga minat dan perhatian kelompok. Penting juga untuk
mendis-tribusikan partisipasi luas sembari mempertahankan semangat belajar.
Tantangan lainnya adalah mengajak murid memberikan konstribusi sambil
mempertahankan fokus pada pelajaran.
5.
Mastery learning
(pembelajaran penguasaan materi)
Mastery learning adalah
pembelajaran satu konsep atau topik secara menyeluruh sebelum pindah ke topik
yang lebih sulit. Menurut Bloom dan Carrol dalam Santrock (2007) pendeketan
pembelajran penguasaan materi yng baik harus mengikuti prosedur sebagai
berikut:
a.
Menyebutkan tugas atau pelajaran.
b.
Bagilah pelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang
berhubungan dengan sasaran instruksional.
c.
Rancanglah prosedur intsruksional dengan memasukkan
umpan balik korektif ke murid jika meraka gagal menguasai materi pada level
yang dapat diterima, misalnya 90 persen benar. Umpan balik korektif bisa
diberikan melalui materi pelangkap, tutoring, atau instruksi kelompok kecil.
d.
Beri tes pada akhir unit pelajaran, dan akhir pelajaran
untuk mengevaluasi apakah murid sudah menguasai materi pada level yang dapat
diterima.
6.
Seatwork
(tugas di bangku kelas)
Seatwork adalah menyuruh semua
murid atau sebagian besar murid untuk belajar sendiri-sendiri di bangku mereka.
7.
Pekerjaan rumah
Keputusan instruksional penting lainnya adalah seberpa banyak dan apa
jenis pekerjaan rumah yang harus diberikan pada murid.
Jika pembelajaran berpusat pada guru, maka strategi tadi dapat digunakan
dalam menyampaiakan materi terhadap peserta didik. Guru harus pandai-pandai
memilih dan memilah strategi apa yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan yang akan dicapai dari pembelajaran tersebut. Pembelajaran center-centered adalah cara terbaik
untuk mengajarakan kahlian dasar, yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
yang terstruktur secara jelas (seperti yang dibutuhkan untuk pembelajaran
bahasa, membaca, matematika, dan sains).
B. Perencanaan dan Instruksi Learner-Centered
Perencanaan dan instruksi leaner-centerd
adalah berpusat pada siswa, bukan guru. Peserta didik dituntut untuk aktif dalam setiap pembelajaran, guru hanya
berfungsi sebagai fasilitator. Pendekatan pembelajaran learner-centered akan membawa siswa kearah pemahaman yang mendalam.
Dengan sendirinya, pserta didik akan menemukan pengetahuan sesuai dengan
kemampuan dan kecerdaasan yang dimilki. Menurut Santrock (2007) sebelum
menerapkan pembelajaran learner-centered,
hendaknya seorang guru memperhatikan beberapa prinsip yang dikemabangkan oleh gugus
tugas American Psychological Association
(APA). Prinsip tersebut dikelompokan kedalam empat faktor, yaitu:
1.
Faktor kognitif dan meta kognitif
Faktor kognitif dan metakognitif ini terdiri atas enam prinsip, yaitu:
a.
Sifat proses pembelajaran.
b.
Tujuan proses pembelajaran.
c.
Konstruksi pengetahuan.
d.
Pemikiran strategis.
e.
Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi).
f.
Konteks pembelajaran.
2.
Faktor motivasi dan emosionl
Motivasi dan emosional adalah faktor penting dari pembelajaran. Ada dua
prinsip dalam faktor motivasi dan
emosional, yaitu:
a.
Pengaruh motivasi dan emosi terhad pembelajaran.
b.
Motivasi intrinsik untuk belajar.
c.
Efek motivasi terhadap usaha.
3.
Faktor sosial dan developmental
Faktor sosial dan developmen yang mendasari dua prinsip leaner-centered, yaitu:
a.
Pengaruh perkembangan pada pembelajaran.
b.
Pengaruh sosial terhadap pembelajaran.
4.
Faktor perbedaan individual
Ada tiga prinsip leaner-centered
dalam pendekatan faktor perbedaan individu, yaitu:
a.
Perbedaan individual dalam pembelajaran.
b.
Pembelajaran dan diversitas.
c.
Standar dan penilaian.
Prin-prinsip ini senatiasa bisa digunakan oleh guru sebagai rujukan untuk
menjalankan pembelajaran di dalam kelas. Selain prinsip yang dapat mendukung
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, ada beberapa strategi pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran learner-centered.
Menurut Santrock (2007) strategi yang dapat digunakan dalam pembelajran dengan
pendekatan learner-centered, yaitu:
1.
Pembelajaran berbasis probelam
Strategi ini menekankan pada pemecahan problem dikehidupan nyata.
Pembe-lajaran berbasis problem berfokus pada pemecahan suatu problem oleh murid
melalui kerja kelompok kecil.
2.
Pertanyaan esensial
Pertanyaan esensial, adalah petanyaan yang merefleksikan inti dari
kurikulum, hal yang paling penting yang hrus dieksplorasi dan dipelajari oleh
murid.
3.
Pembelajran penemuan
Pembelajaran penemuan (discavery
learning) adalah pembelajaran di mana murid menysusun pemahaman sendiri.
Strategi ini mendorong murid untuk berfikir sendiri dan menemukan cara menyusun
dan mendaptkan pengtahuan. Strategi ni sangat
efektif diterapkan dalam pembelajaran sains.
Pembelajarna leraning-centered
menekankan siswa yang aktif dan kreatif. Dengan prinsip yang diajukan oleh American
Psychological Association (APA) mendorong guru untuk membantu murud secara
aktif mengkonstruksi pemahaman mereka, menentukan tujuan dan rencana, berfikir
mendalam dan kreatif memantau pembelajaran mereka, memecahkan problem dunia
nyata, mengembangkan rasa percaya diri yang positif dan mengontrol emosi, memotivasi diri
sendiri, belajar sesuai dengan level perkembangan, bekerja sama secara efektif
dengan orang lain (termasuk orang yang berbeda latar belakang), mengevaluasi
preferensi mereka, dan memenuhi standar.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa dalam area dengan banyak probelem yang
tidak didefinisikan dengan rapi, seperti ilmu sosial dan kemanusian, intruksi learner-centered dapat bekerja dengan
efektif. Tetapi dalam domaoin yang terstuktur dengan baik, seperti matematika
dan sains, pendekatan teacher-centerd
adalah lebih baik. Pendekatan learner-centerd
kurang efektif di level pengajaran awal untuk satu pelajaran karena murid belum
punya pengethuan memadai untuk membuat keputusan tentang bagaimana dan apa yang
harus mereka pelajari.
C. Teknologi Pendidikan
1.
Definisi Teknologi
Pendidikan
Menurut Prof. Dr. Nasution, M.A (1994) dalam bahasa Inggris istilah
teknologi pendidikan dikenal dengan intructional
technology atau educational
technologi. Salah satu pendapat ialah bahwa intructional technology means the media born of the communications
revolution which can be used for instructional purpose alongside the teacher,
the book, and the balckboard. Jadi yang diutamakan adalah media komunikasi
yang berkembang secara pesat sekali yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan.
Alat-alat teknologi ini lazim di sebut “hadware” antara lain berupa TV, radio,
video Tape, komputer dan lain-lain. Teknologi pendidikan itu berupa hadware dan software. Software antara
lain menganalisis dan mendesain urutama atau langkah-langkah belajar
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan metode penyajian yang serasi serta
penilaian keberhasilannya.
Menurut prof. Dr. Yusuf Hadi Miarso dalam Drs. Muhammad Arif AM. M. A
(2010) berpendapat bahwa teknologi berasal dari dari kata techne artinya adalah seni, cara, metode, dan kreatifitas yang
ditempuh oleh seorang pendidik dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta
didik. Dalam kata lain guru harus mempuanyai cara-cara atau kahlian dalam
mendidik peserta didik, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi
pendidikan adalah suatu cara atau suatu metode yang digunakan oleh pendidik
dalam mengarahkan peserta didik, untuk mencapai tujuan pembelajaran baik
menggunakan alat berupa “hadware” maupun alat berupa ”sofware” sehingga dalam
proses belajar mengajar peserta didik dapat mnerima materi dengan senang bukan
karena terpakasa.
Menurut Prof. Dr. Nasution, M.A (1994) ciri-ciri teknolgi pendidikan,
antara lain:
a.
Merumuskan tujuan dengan teliti dan spesifik dalam bnetuk kelakuan yang dapt diamati, sehingga dapat diukur
kebehasilannya tercapainya tujuan itu.
b.
Meneliti pengetahuan keterampilan, dan sikap yang telah
dimilki anak didik yaitu entry behavior
(dahulu lazim disebut bahan apersepsi) sebagai dasar pelajaran baru, sehingga
diketahui kemajuan yang dicapai berkat belajar-mengajar.
c.
Menganalisis bahan pelajaran yang akan disajikan dalam
bagian–bagian yang dapat dipelajari dengan mudah.
d.
Berdasarkan analisis bahan pelajaran menentukan:
1)
Urutan mempelajri bahan itu agar tercapai hasil belajar
yang optimal.
2)
Strategi yang paling tepat untuk menyampaikan atau
menyajikan bahan itu.
e.
Menguji coba program itu untuk menentukan kelemahannya.
f.
Mengadakan perubahan, perbaikan atau revisi untuk meningkakan
mutu program itu.
Teknologi pendidikan merupakan suatu proses kompleks dan terintegrasi
yang meliputi manusia, alat, dan sistem termasuk diantaranya gagasan, prosedur,
dan organisasi. Kemajuan teknologi dan informasi menuntut guru untuk selalu
meng-gunakan teknologi dalam stiap aktifitas pembelajaran. Kegiatan
belajar-mengajar tidak lagi menoton dan membosankan yang selama ini sering
dialami oleh peserta didik, tapi dengan adanya teknologi pembelajaran proses
belajar akan menyenagkan dan ber-kualitas. Penerapan teknologi pendidikan dalam
pembelajaran dimaksudkan agar belajar lebih efektif, efisien, lebih banyak,
lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan orang banyak.
Menurut Drs. Mohammad Arif A M. M.A. (2010) ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan dalam mengaplikasikan teknologi pendidikan dalam pembelajaran,
yaitu:
a.
Analisis kebutuhan
Pada tahap awal ini dilakukan identifikasi dan karakteristik awal anak
yang akan diawali berdasarkan tahap usia dan jiwa perkembangan, analisis
terhdap ling-kungan dan mengidentifikasi SDM dan sumber belajar yang tersedia.
b.
Menulis tujuan
Menuliskan tujuan-tujuan berdasarkan atas kompetesi yang bersifat umum
sampai kepada hal-hal yang bersifat khusus, yang merupakan indikator belajar.
c.
Desain pembelajaran
Kegiatan tahap ini berupa pengetahuan strategi atau pola kegiatan yang
akan dilaksanakan. Model dan strategi pembelajaran bisa disesuaikan dengan
materi pelajaran.
d.
Pengembangan kelas
Dalam pengembangan bahan ada yang perlu kita perhatikan yaitu, minat,
kebutuhan anak dan ketersedian media yang dibutuhkan.
e.
Pelaksanaan
Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara yang paling
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
f.
Evalusi
Kegiatan evaluasi harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan
menggunakan alat dan prosedur yang tepat seperti penilaian hasil belajar
melalui porto folio.
Begitu pentingnya penerapan teknologi pendidikan dalam kegiatan belajar
mengajar, maka guru senantiasa mempunyai keahlian dan keterampilan yang memadai
untuk mengggunakan teknologi yang akan digunakan tersebut. Tidak hanya sekedar
menggunakan media seadanya, tetapi bagaimana menggunakan potensi dan sumber
pembelajaran yang ada menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Menurut Santrock (2007) contoh teknologi pembelajaran yang sangat
berpe-ngaruh adalah medai internet dan komputer.
2.
Internet
Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer. Sistem internet
berisi ribuan jarinagan komputer yang terhubung di seluruh dunia, menyediakan
informasi yang tak terhingga yang dapat diakses oleh peserta didik. Dalam
banyak kasus, internet mengandung informasi yang lebih baru dari buku teks.
World Wide Web adalah sistem
pengambilan informasi hypermedia yang menghubungkan berbagai materi internet;
materi ini mencakup teks dan grafis. Web memberikan struktur yang dibuthkan
internet. Selain web di dalam internet murid bisa berbagi surat yang di sebut
dengan surat elektronik atau lebih dikenal dengan e-mail.
Menurut Santrock (2007) ada beberapa cara yang efektif unutk menggunakan
internet di kelas, yaitu:
a.
Untuk membantu menavigasi dan mengintegrasikan
pengetahuan.
b.
Mendorong belajar bersama.
c.
Menggunakan e-mail.
d.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru.
a.
Teknologi
dan Diversitas Sosiokultural
Teknologi membawa beberapa isu sosial. Misalnya, akankah penggunaan
teknologi di sekolah, terutama komputer, akan memperlebar jurang perbedaan
antara murida kaya dan miskin, atau antara pria dan wanita (Spring, 2000 dalam
Santrock, 2007). Problem akses komputer dan pemanfaatannya juga diperparah
karena makin banyaknya komputer di rumah keluarga kelasa menengah ke atas.
Berikut ini beberapa rekomendasi untuk mencegah atau mengurangi
kesenjangan dalam akses dan penggunaan komputer (Gipson, 1997; Sheffield, 1997;
dalam Santrock, 2007)
1)
Saring materi teknologi untuk menghilangkan bias
gender, kultural, dan etnis.
2)
Gunakan teknologi sebagi alat untuk menyediakan
kesempatan pembelajaran yang aktif dan konstruktif untuk semua murid dari semua
latar belakang gender, etnis, dan kultural.
3)
Beri murid informasi tentang pakar dari latar belakang
gender dan etnis yang berbeda yang menggunakan teknologi secara efektif di
dalam kehidupan dan karir mereka
4)
Bicaralah dengan orang tua tentang pemberian aktivitas
belajar berbasis komputer di rumah. Cari cara bagaimana agen pemerintah dan
komunitas dapat membantu pendanaan untuk membeli komputer untuk murid dari
kelurga miskin. Ajak orang tua untum memberi umpan balik positif kepada anak
gadis mereka agar menggunakan omputer.
b.
Standar
untuk Murid yang “Melek Teknologi”
Internasional Society For
Technology In Education (2002) bekerja sama dengan US Department of
Education , telah mengembangkan standar untuk murid guna mencapai level grade
yang berbeda. Berikut ini adalah ringkasan dari standar untuk grade pra-taman
kanak-kanak sampai grade 2, 3 sampai 5, grade 6 sampai 8, dan grade 9 sampai
12.
1)
Pra-taman
kanak-kanak sampai grade 2
a)
Gunakan alat input (seperti mous, keyboard, atau remote
control) dan alat output (seperti monitor dan printer) untuk mengoperasikan
komputer.
b)
Gunakan variasi media dan teknologi untuk mengarahkan
aktifitas pembelajaran yang independen.
c)
Gunkan sumber daya multimedia yang pas, seperti buku
interaktif, software pendidikan, dan
ensiklopedia nultimedia dasar, untuk mendukung pembelajaran.
d)
Kerjasama dengan teman, anggota keluarga, dan orang
lain saat menggunakan teknologi.
e)
Gunkakan sumber daya teknologi (seperti teka teki,
program berpikir logis, alat menulis, dan kamera digital) untuk pembelajaran.
f)
Tunjukkan prilaku etis dan sosial yang positif saat
menggunakan teknologi.
2)
Grade 3
sampai 5
a)
Gunakan keyboard
dan alat input dan otput lain secara efektif.
b)
Diskusikan penggunaaan teknologi dalam kehidupan
sehari-hari dan keuntungan dan kerugian dari penggunaan itu.
c)
Gunakan alat teknologi (seperti multimedia, alat
presentasi, alat Web, kamera digital,
dan scenner) untuk kegiatan menulis,
berkomunikasi, dan mempublikasikan aktifitas individual.
d)
Gunakan telekomunikasi secara efektif untuk mengakses
informasi di tempat yang jauh, berkomunikasi dengan orang lain, dan mencari
informasi yang menarik secara personal.
e)
Gunakan telekomunkasi dan sumber daya online (seperti e-mail, diskusi online, dan Web) untuk
berpartisipasi dalam proyek pembelajaran besama.
f)
Gunakan sumber daya teknologi (seperti kalkulator, alat
pengumpul data, video, dan software
pendidikan) untuk aktifitas pemecahan maslah dan pembelajaran mandiri.
3)
Grade 6
sampai 8
a)
Aplikasikan strategi untuk mengidentifikasi dan
memcahkan problem hardware dan software yang muncul dalam penggunaan
sehari-hari.
b)
Tunjukkan pengtahuan tentang perubahan dalam teknologi
informasi dan efeknya terhadap lapangan kerja dan masyarakat.
c)
Gunakan alat spesifik, software, dan simulasi (seperti peralatan lingkukangan, kalkulator,
dan limgkumgan percobaan) untuk mendukung pembelajaran dan riset.
d)
Desain, kembangkan, publikasikan, dan paparkan produk
(seperti halaman Web dan rekaman video).
e)
Teliti dan evaluasi akurasi, relevansi, dan bias bias
dari sumber informasi elektronik yang berkaitan dengan problem dunia nyata.
4)
Grade 9
sampai 12
a)
Identifikasi kapabilitas dan keterbatasn dari teknologi
kontemporer dan nilailah potensi sistem dan layanan ini untuk memenuhi
kebutuhan personal dan pekerjaan.
b)
Gunanakan sumber daya teknologi untuk mengelola dan
mengomunikasikan informasi personal dan profesional (seperti keuangan, jadwal,
alamat, pembelian, dan korespondensi)
c)
Gunakan informasi online
secara rutin untuk memenuhi kebutuhan riset, publikasi, komunikasi, dan
produktivitas.
d)
Pilih dan aplikasikan alat teknologi untuk riset,
analisis informasi, dan pemecahan problem dalam pembelajaran materi.
3.
Komputer
Pengguanaan komputer sebagai medi pembelajaran dikenal dengan nama
pem-belajaran dengan bantuan komputer CAI (Computer-Assited
Instruction). Keberhasilan penggunaan komputer dalam pengajaran didasarkan
pada berbagai faktor, seperti proses kognitif dan motivasi belajar. Guru harus
mampu memaksimalkan media komputer sebagai teknologi pembelajaran yang akan
membantu dalam mencapai tujuan pem-belajaran. Belajar dengan bantuan komputer
akan menajadiakan belejar lebih menye-nangkan, lebih inovatif, dan tidak
membosankan.
a.
Masa
Depan: Komputer di Mana-mana
Beberpa pakar komputer percaya bahwa generasi komputer
berikutnya-generasi ketiga akan berupa ubiquitous
computing, yang menekankan pada distribusi komputer ke lingkungan,
ketimbang ke personal. Dalam lingkungan ini, teknologi akan mejadi latar
belakang (Weiser, 2001; dalam Santrock, 2007). Ringkasnnya, ubiquitous computing akan berupa dunia
pasca-PC. Perangkat teknologi umum, seperti telepon dan perangkat elektronik
lainnya akan terkoneksi dangan internet dan pengguna mungkin tidak menyadari
perangkat mana di lingkungannya yang terkoneksi. Perangkat komputer baru yang
kecil, portabel, mobile, dan murah, diperkirakan akan menggantikan komputer
dekstop. Ubiqitous adalah kebalikan
dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang di dalam dunia
yang diciptakan komputer, ubiquitous
computing akan memaksa komputer eksisi di dunia manusia.
Teknologi pembelajaran begitu besar peranannya dalam proses belajar
mengajar. Dengan teknologi pembelajaran peserta didik dikenalkan dengan
berbagai macam pengetahuan yang dapat memberikan pemehaman kepada peserta didik
tantang materi yang diajarkan. Berikut ada beberapa pedoman untuk memilh dan
menggunakan teknologi di dalam kelas, yaitu:
1.
Pilih teknologi dengan tujuan untuk membantu murid
melakukam ekplorasi aktif, menyusun, dan merestrukturisasi informasi.
2.
Cari cara untuk menggunakan teknologi sebagai bagian
dari pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran dunia nyata.
3.
Pilih teknologi yang menyajikan model positif bagi
siswa.
4.
Keahlian pengajaran guru sangat penting, terlepas dari
teknologi yang guru pakai.
5.
Teruslah mempelajairi teknologi dan tingkatkan pengetahuan
dan kompetisi di bidang teknlogi.
Perkembangan teknologi
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam dunia pendidikan, karena
sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Teknologi mem-punyai peranan
penting dan cenderung lebih
menguntungkan dalam proses pem-belajaran. Sistem pembelajaran pun tidak harus melalui tatap muka secara langsung.
Dengan kemajuan teknologi proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa
dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan media internet. Siswa dapat bertatap
muka secara tidak langsung dengan guru melalui webcam. Selain itu, siswa
dapat bertanya kepada gurunya melalui e-mail, dan lain-lain. Dengan
demikian, guru senantiasa mampu memanfaatkan teknologi untuk keberhasilan
proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan diawal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu:
1.
Perencanaan pemebelajaran sangat dibutuhkan dalam
setiap kegiatan proses pembelajaran, hal ini bertujuan unutk menentukan hasil
dan tujuan dari proses pembelajaaran itu sendiri.
2.
Santrock membagi rentang waktu perencanaan pembelajran
dalam satu tahun menjadi perencanaan tahunan, perencanaan term, perencanaan
unit, perencanaan mingguan, dan perencanaan harian.
3.
Perencanaan pembelajaran teacher-centered adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Teacher-centered adalah cara terbaik
untuk mengajarkan keahlian dasar, yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
yang terstruktur secara jelas.
4.
Perencanaan pembelajaran learner-cntered adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa
dituntuk untuk berperan aktif dalam setiap pembelajaran, sedangkan guru dapat
berfungsi sebagi fasilitaor.
5.
Teknologi pembelajaran adalah suatu media yang dapat
digunakan guru dan siswa untuk membantu pemahaman dalam kegiatan
belajar-mengajar. Contoh teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
adalah media internet dan komputer.
6.
Teknologi pembelajaran sangat berpengaruh dalam kegiatan
belajar-mengajar, karena dengan adanya teknologi pembelajran proses
belajar-mengajar bisa lebih efektif, efisien, dan menyenagkan.
DAFTAR PUSTAKA
Harjanto. 2005. Perencanaan
Pengajaran. Rineka Cipta: Jakarta
Jamal Ma’mur Asmani. 2009. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif. DIVA Press:
Yogyakarta
John. W Santrock. 2007. Educational Psychologi, 2nd Edition. Dialihbahasakan
oleh Tri Wibowo B. S. Kencana: Jakarta
Nasution, M.A. 1994. Teknologi
Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta
Mohammad Arif A M. 2010. Teknologi Pendidikan.STAIN Kediri Press: Kediri
Wina Sanjaya. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana Media Group:
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar