BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan
proses belajar pada diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-tahap proses
pengolahan informasi adalah teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini
proses belajar tidak berbeda halnya dengan proses menerima, menyimpan dan
mengungkapkan kembali dengan informasi-informasi yang telah diterima
sebelumnya. Genjala-gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar
itu dianggap sebagai proses transformasi masukan menjadi keluaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah, sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi
antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Adapun beberapa hal yang berkaitan dengan pemrosesan
informasi yaitu perhatian, memori, keahlian dan matakognisi. Perhatian adalah
memfokuskan sumber mental. Perhatian disini dalam proses pemrosesan informasi
berfungsi sebagai memusatkan pikiran kepada informasi yang diterima. Sedangkan
memori dalam proses pemrosesan informasi berfungsi sebagai tempat penyimpanan
informasi. Kemudian keahlian yang berfungsi sebagai kemampuan kita untuk
mengingat informasi. Serta yang terakhir adalah metakognisi yang berfungsi
sebagai suatu model pemrosesan informasi yang efektif dengan mendorong mereka
memeriksa apa yang mereka ketahui tentang cara pikiran mereka memproses
informasi.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak
dikemukakan oleh para ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan
pemahaman tentang belajar dari sudut pandang pendekatan pemrosesan informasi.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka
rumusan maslah yang dapat diambil adalah:
1.
Apa pengertian dari pendekatan pemrosesan informasi?
2.
Apa pengertian dari memori?
3.
Apa pengertian dari keahlian?
4.
Apa pengertian dari metakognisi?
C.
Tujuan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk:
1.
Mendeskripsikan pendekatan pemrosesan informasi.
2.
Mendeskripsikan memori.
3.
Mendeskripsikan keahlian.
4.
Mendeskripsikan metakognisi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sifat Pendekatan Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemrosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah
informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
tersebut. Inti pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir (thinking). Menurut pendekatan pemrosesan
informasi, anak secara berthap
mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya sedar berthap
pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Beberapa pendekatan pemrosesan informasi
memilki kecenderungan yang lebih konstruktivis ketembang pendekatan lainnya.
Mereka mempunyai kecenderungan konstruktivis memandang guru sebagai pembimbing
kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai pelajar yang berusaha memahami
tugas tersebut (Mayer, 2001, 2002).
1.
Pandangan Siegler
Robert
Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan
pemrosesan informasi : proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi
diri.
a.
Pemikiran
Menurut
pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking)
adalah pemrosesan informasi. Dalam hal ini Siegler memberikan perspektif luas
tentang apa itu penyandian (encoding),
merepre-sentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka
sedang melakukan proses berpikir. Siegler percaya bahwa pikiran adalah sesuatu
yang sangat fleksibel, yang menyebabkan individu bisa beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi,
ada batas kemampuan berpikir manusia ini. Individu hanya dapat memerhatikan
sejumlah informasi yang terbatas pada satu waktu, dan kecepatan untuk memproses
informasi juga terbatas.
b.
Mekanisme Pengubah
Siegler
(2002) berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi fokus utamanya
adalah pada peran mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia percaya bahwa ada
empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan
kognitif anak: encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi, dan
generalisasi.
1)
Encoding
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Siegler
mengatakan bahwa aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan
informasi yang relavan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Karena
biasanya dibutuhkan waktu dan usaha untuk menyusun strategi baru, anak harus
melatihnya untuk melaksanakan peyandian secara otomatis maksimalkan
efektivitasnya.
2)
Otomatisitas
Istilah otomatisitas (automaticity) adalah
kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring
dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemrosesan informasi menjadi makin
otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide dan
kejadian (Kail, 2002).
3)
Kontruksi Strategi
Mekanisme ketiga adalah kontruksi strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk
memproses informasi. Siegler (2001) mengatakan bahwa anak perlu menyadikan
informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan informasi tersebut
dengan pengetahuan sebelumnya yang relavan untuk memecahkan masalah.
4)
Generalisasi
Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu,
diperlukan generalisasi. Anak perlu melakukan generalisasi,
atau mengaplikasikan, strategi pada problem lain. Transfer terjadi saat anak
mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau
memecahkan problem dalam situasi yang baru.
2.
Modifikasi Diri
Pendekatan
pemrosesan informasi kontemporer menyatakan bahwa, seperti dalam teori
perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran Aktif dalam perkembangan
mereka. Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari
untuk menyesuaikan respons pada situasi pembelajaran yang baru. Dengan cara
ini, anak membangun respons baru dan lebihcanggih berdasarkan pengetahuan dan
strategi saebelumnya. Arti penting modifikasi diri dalam pemrosesan informasi
dicontohkan metakognisi, yang
berarti kognisi tentang kognisi, atau “mengetahui tentang mengetahui” (Flavell,
199; Flavell Miller, & Miller, 2002).
B.
Memori
Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Para
psikologi pendidikan memepelajari bagaimana informasi diletakan atau disimpan
dalam memori, bagaimana ia dipertahnakan atau disimpan setelah disediakan (encoded), dan bagaimana ia ditemukan
atau diungkap kembali untuk tujuan tertentu dikemudian hari. Memori membuat
diri kita terasa berkesinambungan. Tnapa memori , anda tidak akan mampu
menghubungkan apa yang terjdai kemarin dengan apa yang anda alami sekrang.
Dewasa ini, para psikolog pendidikan menyatakan bahwa adalah penting untuk
tidak memandang memori dari segi bagaimana anak menambahkan sesutu kedalam ingatan,
tetapi harus dilihat dari segi bagaimana anak menyusun memori mereka (Schacter,
2001)
1.
Enconding
Dalam bahasa
sehari-hari, encoding banyak
kemiripan dengan atensi dan pembelajaran. Saat murid mendengarakan guru bicara,
menonton film, mendengarkan musik, atau bicara dengan kawan, dia sedang
menyediakan informasi kedalam memori. Ada enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yakni atensi, pengulangan,
pemrosesan mendalam, elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji), dan penatann organisasi)
a.
Atensi
Atansi adalah mengonsentrasikan dan
memfokuskan sumber daya mental. Salah satu keahlian penting dalam memerhatikan
adalah seleksi. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak terbatas (Mangels,
Piction, & Craik, 2001).
Kemampuan berpindah dari satu aktivitas
ke aktifias yang lain secara tepat adalah tantangan lain yang berhubungan
dengan atensi. Misalnya, belajar menulis cerita yang bagus membuuthkan
kemampuan unutk berpindah-pindah dari aktivitas mneulis huruf, menata kalimat,
menyuun paragraf, dan menyampaikan cerita secara keseluruhan. Kamampuan
meggeser atensi anak yang lebih tua dan orang dewasa lebih baik ketimbang anak
yang lebih muda dan anak kecil.
b.
Pengulangan (rehearsal)
Pengulangan (rehearsal) adalah repitisi informasi dari waktu ke waktu agar
informasi lebih lama berada di dalam memori. Pengulangan akan bekerja dengan
baik apabila murid perlu menyandikan dan mengingat daftar item untuk periode
waktu yang singkat. Saat mereka mempertahamkan informasi untuk jangka waktu yang panjang, seperti saat mereka
belajar untuk ujian yang akan dilakukan lebih dari seminggu lagi, maka lebih
dilakukan strategi selain pengulangan. Alasan utama kenapa cara pengulangan
tidak bisa bekerja baik untuk mempertahankan imformasi untuk jangka panjang
adalah karena pengulangan sering kali hanya berupa mengulang-ulang informasi
tanpa memberikan makna pada informasi itu. Ketika murid mengkonstruksi memori
mereka dengan cara yang bermakna, mereka kan bisa mengingat dengan lebih baik.
Seperti yang kan kita lihat nanti, mereka juga mengingat dengan lebih baik jika
mereka memeproses materi secara mendalam dan mengelaborasinya.
c.
Perosesan mendalam
Setelah diketahui bahwa pengulangan (rehearsal)
bukan cara yang efisien untuk menye-diakan informasi untuk memori jangka
panjang (Fergus Craik dan Robert Lockhart 1972) menagtakan bahwa kita dapat
memproses informasi pada berbagai level. Teori mereka, yakni teori level pemrosesan,
menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke dalam,
dimana pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik. Ciri
indrawi atau fisik dari suatu stimuli akan dianalisis terlebih dahulu pada
level dangkal. Ini dialkukan dengan mendeteksi garis, sudut, garis, dan kontur
(countur) dari huruf cetak atau frekuensi, durasi, dan kekrasan suara. Para
peneliti telah menemukan bhwa individu mengingat informasi dengan lebih baik
jika mereka memprosesnya pada level yang lebih dalam (Otten, Henson, & Rugg,
2001)
d.
Elaborasi
Elaborasi adalah ekstensivitas
pemrosesan memori dalam penyandian. Jadi saat anda menyajikan konsep demokrasi
kepad murid, mereka kemungkinan mengingatnya dengan lebih baik jika mereka
diberi contoh lebih bagus dari demokrasi. Mencari contoh adalah cara yang bagus
utuk mengelaborasi informasi. Misalnya, referensi diri (self-reference) adalah cara yang efektif untuk mngelaborasi
informasi.
Penggunaan elaborasi berubah seiring
dengan perkembangan (Schneider & Pressley, 1997). Remaja lebih mungkin
menggunakan elaborasi secara spontan ketimbang anak-anak. Anak SD bisa diajari
menggunakan elaborasi pada satu tugas belajarnya, tetapi jika dibandingkan
dengan remaja, mereka mungkin tidak menggunakan elaborasi untuk tugas belajar
lain. walaupun demikian, elaborasi verbal dapat menjadi strategi memori yang
efektif bahkan untuk anak-anak SD. Salah satu alasan kenapa elaborasi bisa
bekerja dengan baik dalam menyediakan informasi adalah karena elaborasi
menambahkan perbedaan dalam kode memori (Ellis, 1987). Untuk mengingat satu
informasi, seperti nama, pengalaman atau fakta geografi, murid perlu mencari
satu kode yang memuat informasi di natara berbagai kode dalam memori jangka
panjang mereka. Proses pencarian itu akan lebih mudah apabila kode memorinya
unik (Hunt & Kelly, 1996)
e.
Mengkonstruksi citra (imaji)
Ketika kita mengkonstruksi citra dari
sesuatu, kita sedang mengelaborasi informasi. Allan Paivio (1971, 1986) percaya
bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara: sebagai kode verbal atau
sebagi kode citra/imaji. Paivio mengatakan bahwa semakin detail dan unik dari
suatu kode citra, maka semakin baik memori anda dalam menginbat informasi itu.
Para peneliti telah menemukan bahwa mengajak anak untuk menggunakan imaji guna
mengingat informasi verbal adalah cara yang baik bagi anak yang lebih tua
ketimbang anak yang lebih muda (Schneider & pressley, 1997).
f.
Penataan
Apabila murid menata (mengorganisasikan)
informasi ketika mereka menyediakanya, maka memori mereka akan banyak terbantu.
Semakin tertata imformasia yang disampaikan, semakin mudah untuk mengingatnya.
Ini terutama berlaku jika menata imformasi secara hierarkis atau
menjelaskannya. Chunking
(“pengemasan”) adalah strategi penataan memori yang baik, yakni dapat
mengelompokan atau “mengepak” informasi menjadi unit-unit “higherorder” yang
dapat diingat sebagai satu tunggal. Chunking
dilakukan dengan membuat sejumlah besar informasi menjadi lebih mudah dikelola
dan lebih bermakna.
2.
Penyimpanan
Setelah murid menyandikan informasi, mereka perlu
mempertahankan atau menyimpan informasi. Di antara aspek paling menonjol dari
penyimpanan memori adalah tiga simpanan utama, yang berhubungan dengan tiga
kerangka waktu yang berbeda, memori sensoris, working memory (atau memori jangka pendek), dan memori jangka
panjang.
a.
Kerangka waktu memori
Anak-anak mengingat beberpa imformasi selam kurang
dari satu detik, beberapa informasi diingat selama setengah menit, dan
informasi lainnya diingat bebrpa menit, jam, tahun, bahkan seumur hidup. Tiga
tipe memori yang sesuai dengan kerangka waktunya adalah memori sensoris (yang
berlangsung hanya beberpa detik); memori jangka pendek (juga disebut working memory, bertahan sekitar 30
detik); dan memori jangka panjang (bertahan samapi seumur hidup).
1)
Memori sensoris
Memori sensoris atau sensory memory mempertahankan informasi
dari dunia dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, atau lebih
lama ketimbang waktu murid menerima sensasi visual, suara, dan sesnsai lainnya.
Murid mempunyai memori sensori untuk suara lama beberapa detik, kurang lebih
seperti lamanya suatu gema suara. Akan tetapi, memeori sensoris untuk gambar
visual bertahan hanya sekitar seperempat detik. Karena informasi sensosri
bertahan hanya sesaat, adalah penting bagi murid untuk memperhatikan informasi
sensoris yang penting bagi pemebelajaran mereka.
2)
Memeori jangka pendek
Memori jangka pendek adalah sistem
memori berkapasitas terbatas di mana informasi diperthankan sekitar 30 detik,
kecuali informasi itu di ulangi atau diproses lebih lanjut, di mana dalam kasus
itu daya tahan simpanannya dapat lebih lama. Dibandingkan dengan memori
sensoris, memeori jangka pendek kapasitasnya terbatas tetepi durasinya relatif
lebih panjang. Keterbatasan kapasitasnya menarik perhatian George Miller
(1956), yang mendiskripsikan dalam sebuah paper yang berjudul menarik “The Megical
Number Seven, Plus or Minus Two”. Miller menujukkan bahwa terbatasanya
kemempuan murid dalam menyimpan informasi tanpa bantuan eksternal. Biasanya
batasan itu pada kisaran 7 ±
2 item.
Berkaitan dengan memori jangka pendek
ini, psikologi inggris Alan Badelley (1993, 1998, 2000, 2001) mengemukan bahwa working memory adalah sistem tiga bagian
yang secara temporer mempetehankan informasi saat orang melakukan tugas. Working memory adalah semcam meja kerja
mental di mana informasi dikelola atau dimanipulasi dan dipadukan untuk
membantu kita membuat keputusan, memecah maslah, dan memahami bahasa tulis dan
lisan. Perhatikan bahwa working memory tidak
seperti toko pasif dengn rak-rak penyimpan informasi sampai dia pindah ke
memori jngka panjang. Sebaliknaya, working memory adalahsistem memory yang
sangat aktif (Engle, 2002). Gambar di bawah ini memperlihatkan pandangan: phonological loop, visual spatial memory, dan central
executive. Ini bisa dianalogikan satu eksekutif (central executive) dengan dua sistem (phonological loop dan
visual-spatial memory) yang membantu dalam mengerjakan tugas.
Sumber: https://www.google.com/search?q=memory+model+Atkinson-Shiffri |
- Phenological loop dikhususkan untuk menyimpan suara bahasa dari informasi pembicaraan. Bagian ini memuat dua komponen terpisah: kode akustik (suara) yang menghilang setelah beberapa detik, dan pengulangan (rehearsal), yang mambuat individu dapat mengulangi kata dalam gudang fonologi ini.
- Visual-spatial working memory menyimpan informasi visual dan spesial, termasuk imaji visual. Seperti phenological loop, memory visual-spetial ini berkapasitas terbatas. Kedua memory ini berfungsi secsrs terpisah (independen). Anda bisa mngulang-ulang angka angka dalam phenological-loop sembari membuat susunan spasialdari angka-angka itu dalam visual-spatial working memori.
- Cental executive bukan hanya mengintegrasikan informasi dari phenomological loop dan visual spatial working memory, tetapi juga dari memori jangka panjang. Menurut Baddeley, cental ececutiv memainkan peran penting dalam atensi, perencanaan, dan pengorganisasian perilaku. Central executive brtindak seperti penyelia (supervisor), yang memonitor informasi dan isu mana yang layak mendapat perhatian dan mana yang sebaiknya diabaikan. Ia juga memilih strategi mana yang dipakai untuk memeproses informasi dan memecehakn problem. Sebagaiman halnya dengan dua komponen lainnya, phenomological loop dan visual-spatial working memory, executive central punya kemampuan terbatas.
3)
Memory jangka panjang
Memory jangka panjang adalah tipe memori
yang menyimpan banyak informasi selam periode waktu yang lama secara relatif
permanen. Kapasitas memori jangka panjang manusia sungguh mengherakan. Ilmuan
komputer John von Neumann menyebutkan ukuran 2,8 x 10 (280 kuin triliun) bit,
yang berarti bahwa kapasitas penyimpanan memori jangka panjang pada dasarnya
tidak terbatas. Bahkan yang lebih mengesankan adalah efisiensi yang yang
dilakukan sesorang untuk mengmbila informasi.
1.
Model Tiga Simpanan Memori
Konsep memori tiga tahap
yang telah kita deskripsikan di atas dikembangkan oleh Richar Atkinson dan
Richard Shiffrin (1968). Menurut Model
Atkinson-Shiffrin, memori melibatkan sekuensi tahap memory sensoris, memori jangka
pendek, dan meori jangka panjang Seperti kita telah lihat, banyak informasi; hanya
beda pada tahap memori sensoris, seperti suara dan penglihatan. Informasi ini
hanya disimpan sebentar. Akan tetapi, ada beberapa informasi, teutama yang kita
perhatikan, ditransfer ke memori jangka pendek, di mana ia bisa dipertahankan
selama 30 detik (atau lebih dengan bantuan pengulangan). Atkinson dan Shiffrin
mengatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek
dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke memori
jangka panjang. Perhatikan gambar di bawah ini, bahwa informasi di memori
jangka panjang bisa juga ditarik kembali ke memori jangka pendek.
Sumber: https://www.google.com/search?q=memory+model+Atkinson-Shiffri |
Beberapa
pakar memori kontemporer percaya bahwa model Atkinson Shiffrin
terlau sederhana (Bartlett, 2001). Mereka mengatakan bahwa memori tidak selalu
bekerja dalam urutan tiga tahap yang rapi seperti dalam model Atkinson dan
Shiffrin. Misalnya, para pakar ini menekankan bahwa working memory menggunakan isi memori jangka panjang secara lebih
fleksibel ketimbang hanya sekadar mengambil informasi darinya. Walaupun
mengandung masalah, model ini berguna untuk menjelaskan beberapa komponen
memori.
a.
Isi memori jangka panjang
Sebagaimanan tipe memori dapat dibedakan berdasarkan berapa lama
memori itu disimpan, demikian pula memori dapat dibedakan ber dasarkan isinya.
Banyak psikolog kontemporer sependapat bahwa ada hierarki isi memori jangka
panjang, seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah ini (Bartlett, 2001; Squire
1987). Dalam hierarki ini, memori jangka panjang dibagi menjadi subtipe memori
deklaratif dan memori prosedural. Memori deklaratif dibagi lagi menjadi memori
episodik dan memori semantik.
1)
Memori deklaratif
Memori deklaratif adalah rekoleksi atau
pengingatan kembali informasi secara sadar, seperti fakta spesifik atau
kejaidan yang dapat dikomunikasikansecara verbal. Memori deklaratif pernah
disebut sebagai “mengetahui bahwa”, dan belakangan ini diberi label “memori
eksplisit”. Bentuk memori deklaratif muridmisalnya penjelasan ulang atas
kejadian yang telah mereka saksikan atau mendeskripsikan prinsip dasar
matematika. Akan tetapi, murid tidak perlu bicara untuk menggunakan memori
deklaratif. Apabila murid duduk dan merenungkan pengalamannya, maka memori
deklaratif mereka sudah bekerja. Psikolog kognitif Endel Tulving (1972, 2000)
membedakan dua subjek subtipe memori deklaratif; episodik dan semantik.
a)
Memori episodik adalah retensi informasi
tentang dimana dan kapan terjadinya suatu peristiwa dalam hidup. Kenangan murid
tentang masa-masa awal sekolah, dengan siapa mereka makan siang, atau tamu yang
datang di kelas mereka seminggu yang lalu, merupakan memori episodic.
b)
Memori semantik adalah pengetahuan umum
murid tentang dunia. Memori ini mencakup :
·
Pengetahuan tentang pelajaran di sekolah (seperti pengetahuan
geometri).
·
Pengetahuan tentang bidang keahlian yang berbeda (seperti
pengetahuan catur dari pemain catur berumur 15 tahun).
·
Pengetahuan “sehari-hari” tentang makna kata, orang terkenal,
tempat-tempt penting, dan hal-hal umum (seperti apa arti kata gaul atau siapa
itu Nelson Mandela atau Gus Dur)
2)
Memori procedural
Memori procedural adalah pengetahuan non
deklaratif dalam bentuk keterampilan dan operasi kognitif. Memori procedural
tidak dapat secara sadar diingat kembali, setidaknya dalam bentuk fakta atau
kejadian spesifik. Ini membuat memori procedural menjadi sulit, jika bukannya
mustahil, untuk dikomunikasikan. Memori procedural terkadnag dinamakanmengetahui
bagaimana, dan belakangan ini juga disebut sebagai “memori implicit”
(Schacter, 2000). Ketika murid mengaplikasikan kemampuan mereka untuk menari,
naik sepeda, atau mengetik di komputer, maka mereka menggunakan memori
procedural. Memori ini juga bekerja ketika mereka bicara dengan tata bahasa
yang benar tanpamemikirkan bagiamana cara melakukannya.
b. Mempresentasikan informasi dalam memori
Bagaimana murid memperesentasikan informasi dalam memori? Ada dua
teori untuk menjawab pertanyaan ini: teori jaringan dan teori skema.
1)
Teori jaringan
Teori jaringan (network theories) mendeskripsikan bagiamana informasi di memori
diorganisir dan dihubungkan. Teori ini memerhatikan
titik-titik simpul (nodes)
dalam jaringan memori. Misalkan konsep”burung”. Salah satu teori jaringan yang
paling awal mendeskripsikan representasi memori sebagai representasi yang
disusun secara hierarkis dengan konsep yang lebih konkret (misalnya
“kenari”) diletakkan di bawah konsep yang lebihabstrak (seperti “burung”).
Tetapi, kemudian disadari bahwa jaringan hierarki itu terlalu rapi untuk
mendeskripsikan secara akurat bagaimana kerja representasi memori actual.
Mislanya, murid membutuhkan waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan, “apakah
kenari termasuk burung?” Jadi, para peneliti memori dewasa ini membayangkan
jaringan memori lebih sebagai jaringan yang tidak teratur. Burung tertentu,
seperti kenari, lebih dekat dengan titik simbul atau pusat kategori “burung”
ketimbang burung unta.
2)
Teori skema
Memori
jangka panjang telah lama dibandingkan dengan perpustakaan. Idenya menyatakan
bahwa memori kita menyimpan informasi seperti halnya perpustakaan atau toko
buku. Dalam analogi ini, cara murid mengambil informasi di katakan sama dengan
proses saat mereka mencari dan memeriksa buku. Akan tetapi, proses pemgambilan
informasi dari memori jangka panjang tidak sama persis dengan analogi
perpustakaan ini. Saat kita mencari sesuatu di gudang memori jangka panjang
kita, kita tidak selalu menemukan “buku” tepat seperti yang kita inginkan, atau
mungkin kita menemukan “buku” itu tetapi hanya menemukan “beberapa halaman”
saja yang utuh kita harus merekonstruksi halaman lainnya.
Teori skema menyatakan bahwa ketika
kita merekonstruksi informasi, kita menyesuaikannya dengan informasi yang sudah
ada di bena kita. Sebuah skema adalah
informasi konsep, pengetahuan, informasi tentang kejadian yang sudah
eksis dalampikiran seseorang. Anda ingat kembali deskripsi skema dalam teori
Piaget? Skema dari pengetahuan sebelumnya memengaruhi cara kita menyandikan,
membuat informasi, dan mengambil informasi. Berbeda dengan teori jaringan, yang
berasumsi bahwa pengambilan informasi melibatkan fakta spesifik,teori skema
menyatakan bahwa pencarian di emori jangka panjang tidak melibatkan fata yang
sangat tepat. kita sering tak menemukan secara tepat apa yang kau inginkan, dan
kita harus mengkonstruksikan fata lainnya. Ketika diminta mengambil informasi
dari memori, kita seringkali mengisi gap antara memori kitayang berfragmentasi
dengan bermacam-macam fakta yang akurat dan tidak akurat.
Teori skema muncul dalam studi Frederick Bartlett (1932) tentang
bagaimana orang mengingat cerita. Bartlett memerhatikan tentang bagaimana latar
belakang seseorang, yang disandikan dalam skema, akan mengungkapkan dirinya
dalam rekonstruksi seseorang (modifikasi dan distorsi) atas isi cerita.
Kita punya skema untuk segala jenis informasi. Jika anda
mengisahkan cerita di kelas Anda, seperti War of The Ghosts atau cerita
lainnya, dan kemudian menyuruh murid menuliskan cerita itu, kemungkinan anda
akan memperoleh banyak versi yang berbeda. Artinya, murid Adan tidak akan
mengingat setiap detail dari cerita. Misalkan anda menceritakan tentang dua
lelaki dan dua wanita yang mengalami kecelakaan kereta api di Perancis. Seorang
murid mungkin akan merekonstruksi cerita itu dengan mengatakan b ahwa mereka
tewas dalam kecelakaan pesawat, atau yang lainnya mungkin menyebut ketiga
wanita dan tiga lelaki, atau mungkin laainnya mengatakan kecelakaan itu terjadi
di jerman, dan sebagianya. Rekonstruksi dan distorsi memori tampak lebih jelas
dalam memori orang yang terlibat dalam pengadilan. Dalam pengadilan kriminas
seperti kasus O.J. Simpson, variasi memori orang tentang apa yang terjadi
menjelaskan bagaimana kita merekonstruksi masa lalu di mana kita tidak
menjelaskan masa lalu sama persis dengan kejadian sebenarnya.
Ringkasnya, teori skema secara akurat memprediksi bahwa orang
tidak selalu menyimpan dan mengambil data seperti komputer mengambil data
(Schacter, 2001). Pikiran juga dapat mendistorisi kejadian saat ia menyandikan
dan menyimpan kesan dan realitas.
script adalah skema untuk suatu
kejadian. Script sering kali mengandung informasi tentang cirri fisik, orang
dan kejadian tertentu. Jenis informasi ini amat membantu ketika guru dan murid
perlu mencari tahu apa yang terjadi di sekitar mereka. Dalam satu script untuk
aktivitas seni, murid mungkin mengingat bahwa anda akan menyuruh mereka untuk
menggambar, bahwa mereka harus menghiasi baju mereka, bahwa mereka harus
mencari kertas gambar dan melukis dengan kuas, bahwa mereka harusm embersihkan
kuas setelah selesai, dan seterusnya. Misalnya, murid yang datang terlambat
mungkin akan tetap tahu apa yang harus mereka lakukan karena dia punya script
aktivitas seni.
c.
Mengambil kembali dan melupakan
1)
Pengambilan kembali
Ketika kita mengambil sesuatu dari “gudang data” mental, kita
menelusuri gudang memori kita untuk mencari informasi yang relevan. Seperti
hslnya dengan penyandian, pencarian ini bisa otomatis atau bisa juga
membutuhkan beberapa usaha. Misalnya, jika Anda bertanya pada murid bulan apa
sekarang,. Jawabannya mungkin muncul segera. Artinya, pengambilan kembali ini
bersifat otomatis. Tetapi, jika Anda bertanya kepada murid Anda nama tamu yang
datang ke kelas dua bulan lalu, maka proses pengambilan informasinya mungkin
membutuhkan lebih banyak usaha.
Posisi item dalam suatu daftar juga memengaruhi tingkat kemudahan
dan kesulitan dalam mengingat. Efek
Posisi Serial berarti bahwa orang lebih mudah mengingat item
yang ada di awal dan akhir dari suatu daftar ketimbang item yang ada ditengah.
Misalnya, saat Anda memberi petunjuk pada murid arah untuk mendapatkan bantuan
tutoring. Anda mengatakan, “Belok kiri di Rawamangun, belok kanan di Monas”
ketimbang “Belok kanan di tugu tani.” Primacy
effect berarti item di awal suatu daftar cenderung akan lebih diingat. Recency effect berarti bahwa item yang
berada di akhir daftar juga cenderung lebihdiingat.
Efek posisi serial bukan hanya berlaku untuk datar, tetapi juga
pada kejadian-kejadian. Jika anda memberikan pelajaran sejarah selama seminggu,
dan kemudian menanyakannya kepada murid pada hari sEnin minggu berikutnya,
mereka mungkin akan dapat mengingat apa yang anda katakana pada hari Jum’at
minggu sebelumnya dan kurang bisa mengingat apa yang anda katakana pada hari
Rabu minggu sebelumnya.
Faktor lain yang memengaruhi pengambilan ini adalah sifat dari
petunjuk yang digunakan orang untuk mendongkrak memori mereka (Allan, dkk.,
2001). Murid dapat menciptakan petunjuk yang efektif. Misalnya, apabila murid
menghadapi “rintangan” untukmengingat nama tamu yang datang ke kelas dua bulan
lalu, dia mungkin bisa menggunakan alphabet, menciptakan nama untuk
masing-masing huruf. Apabila berhasil “tersandung” pad nama yang benar,
kemungkinan dia akan mengenalinya.
Ketika seseorang diminta untuk mengingat serangkaian kata, kata
yang terakhir biasanya paling diingat, kemudian kata diurutan pertama juga
mudah diingat, sedangkan kata di tengah-tengah kurang bisa diingat secara
efisien.
Konsisdensi lain dalam memahami pengambilan informasi adalah
prinsip spesifitas penyandian (encoding
specifity principle), yaitu bahwa asosiasi yang dibentuk saat penyandian
atau pembelajaran cenderung akan menjadi petunjuk yang efektif untuk
pengambilan kembali (Hannon & Craik, 2001). Misalnya, bayangkan seorang
anak umur 13 tahun menyandikan informasi tentang Bunda Teresa: Dia lahir di
Albania, menghabiskan sebagian besar hidupnya di India, menjadi biarawati
Katolik Romawi, sedih melihat ornag-orang sakit dan sekarat di jalan-jalan di
Calcutta, dan memenangkan Hadiah Nobel kemanusiaankarena membantu orang-orang
miskin dan menderita. Kata-kata seperti Hadiah Nobel Calcutta, dan kemanusiaan
dapat dipakai sebagai petunjuk saat anak itu berusaa mengingat namanya, Negara
tempat dia tinggal, dan agamanya. Konsep spesifitas penyandian sesuai dengan
diskusi elaborasi kita di atas: semakin banyak anak melakukan elaborasi dalam
menyandikan informasi, semakin baik mereka dalam mengingat informasi.
Spesifisitas penyandian dan elaborasi mengungkapkanbetapa saling terkaitnya
penyandian dan pengambilan informasi tersebut.
Masih ada aspek pengambilan lain, yakni sifat dari tugas
pengambilan itu sendiri (Nobel & Shiffrin, 2001). Mengingat (recall) adalah
tugas memori di mana individu harus mengambil informasi yang telah dipelajari,
seperti ketika murid harus mengisi soal atau menjawab pertanyaan. Rekognisi
atau pengenalan (recognition) adalah
sebab memori di mana individu hanya harus mengidentifikasi (“mengenali”)
informasi yang telah dipelajari, seperti dalam soal ujian pilihan berganda.
Banyak murid lebih suka pilihan berganda sebab soal seperti itu memberi mereka
petunjuk sedangkan soal isian tidak memberikan petunjuk apa pun.
2)
Melupakan
Salah satu bentuk melupakan melibatkan petunjuk atau isyarat (cue)
yang baru saja kita diskusikan. Cue dependent forgetting adalah
kegagalan dalam mengambil kembali informaso karena kurangnya petunjuk
pengambilan yang efektif (Nairne, 2000). Gagsaan cue dependent forgetting ini dpapat menjelaskan mengapa murid
mungkin gagal untuk mengambil fakta yang dibutuhkan untuk ujian bahkan saat dia
merasa yakin “mengetahui” informasi tersebut (Williams & Zacks, 2001).
Misalnya, jika Anda belajar untuk menghadapi tes psikologi pendidikan dan
diberi pertanyaan tentang perbedaan antara mengingat dan mengenalli dalam
pengambilan informasi, anda mungkinakan bisa mengingat perbedaan itu dengan
lebih baik apabila anda punya petunjuk “isilah titik-titik dan “pilihan
berganda”.
Prinsip cue dependent
forgetting sesuai dengan teori interferensi, yang menyatakan bahwa kita
lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi karena
ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat informasi yang
kita inginkan. Bagimurid yang belajar untuk ujian biologi, kemudian untuk ujian
sejarah, dan kemudian dia menempuh ujian biologi dahulu, maka informasi tentang
sejarah akan mencampuri ingatan tentang biologi. Jadi, teori interferensi
mengimplikasikan bahwa strategi belajar yang baik adalah mempelajari lebih
dahulu ujian yang akandiberikan terakhir. Jadi dalam contoh di atas, murid akan
lebih baik belajar sejarah dahulu dan kemudian belajar biologi. Strategi ini
juga sesuai dengan recendy effect yang telah kita diskusikan di muka. Strategi
ini juga sesuai dengan recency effect yang telah kita diskusikan di muka.
Renungkan bagiamana pengetahuan teori interferensi ini bisamemantu anda saat
anda mereview rencana anda untuk memberikan ujian bagi murid anda.
Sumber lupa lainnya adalah penurunan memori. Menurut decay
theory, pembelajaran baru akan melibatkan pembentukan
“jejak memori” neurokimia, yang akan terpecah. Jadi, teori ini menyatakan bahwa
berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa. Peneliti memori Daniel
Schacter (2001) menyebut pelupaan yang terjadi karena berlalunya waktu sebagai
transience. Penurunan memori berlangsung pada kecepatan yang berbeda-beda.
Beberapa memori tetap kuat dan bertahan selama periode waktu yang panjang,
terutama jika itu punya kaitan emosional. Kita sering mengingat memori “yang
terang” ini dengan akurasi yang tepat dan jelas. Misalnya, anda baru saja
menyaksikan kecelakaan, atau mengalami kecelakaan, menjalani acara pesta
kelulusan sekolah, mengalami pengalaman romantic, dan anda mendengar tentang
runtuhnya world trade center. Kemungkinan besar anda akan mampu mengambil atau
mengingat informasi ini bertahun-tahun sesudah kejadian tersebut terjadi.
C.
KEAHLIAN
Keahlian disini berhubungan dengan kemampuan kita
untuk mengingat informasi baru tentang subjek. Kemampuan kita untuk mengingat
informasi suatu subjek bergantung apa yang telah kita ketahui tentangnya
(Carver & Klahr, 2001; Ericson & yang lainnya, 2006; Keil 2006).
Sebagai contoh, kemampuan seorang siswa untuk menceritakan apa yang ia lihat
ketika ia berada di perpustakaan sebagian besar ditentukan oleh apa yang telah
ia ketahui tentang perpustakaan, seperti dimanakah letak buku dengan topic
tertentu dan cara meminjam buku. Apabila pengetahuannya akan perpustakaan
sangat sedikit, siswa tersebut akan memiliki lebih banyak kesulitan dalam
meceritakan apa yang ada di sana. Salah satu alasan mengapa anak mengingat
lebih sedikit ketimbang orang deawasa adalah karena mereka kurang ahli dalam
banyak bidang.
1.
Keahlian
dan Pembelajaran
Mempelajari perilaku dan proses pikiran para ahli
bisa memberikan kita wawasan tentang cara membimbing para siswa untuk menjadi
pelajar yang lebih efektif. Menurut National Reserch Council (1999), mereka
lebih baik dari pada pemula dalam: Cara yang anda bisa gunakan untuk membantu
siswa – siswa anda mempelajari dan mengingat ketrampilan – ketrampilan yang
digunakan para ahli:
a.
Mendeteksi fitur – fitur dan pola
informasi yang bermakna.
b.
Mengakumulasi lebih banyak pengetahuan
materi dan mengukurnya dalam cara yang menunjukkan pemahaman topic.
c.
Mendapatkan kembali aspek pengetahuan
yang penting dengan sedikit usaha.
d.
Menyesuaikan satu pendekatan untuk situasi
baru.
e.
Menggunakan stratetegi yang efektik.
2.
Pola
Organisasi yang Bermakna
Di dalam mendeteksi fitur dan pola organisasi yang
berarti ini para ahli lebih baik dalam memperhatikan fitur – fitur penting dari
masalah dan konteks yang mungkin diabaikan oleh para pemula (Bransford &
yang lainnya, 2006). Para ahli juga memiliki pengingatan kembali yang lebih
baik akan informasi dalam bidang keahlian mereka. Proses chunking, yang telah
kita bahas sebelumnya, merupakan satu cara mereka mencapai pengingatan kembali
yang unggul ini.
3.
Organisasi
dan Kedalaman Pengetahuan
Pengetahuan para ahli diatur di sekitar idea tau
konsep penting lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan para pemula
(National Research Council, 1999). Ini memberi para ahli pemahaman yang jauh
lebih mendalam akan pengetahuan dibandingkan yang dimiliki para pemula
(Bransford &yang lainnya, 2006; Simon, 2001; Voss & yang lainnya,
1984). Para ahli bidang tertentu biasanya memiliki jaringan informasi yang jauh
lebih terelaborasi tentang bidang tersebut dibandingkan para pemula. Informasi
yang mereka hadirkan dalam memori mempunyai lebih banyak titik temu, lebih
banyak keterkaitan, dan organisasi hierarki yang lebih baik.
4.
Pemanggilan
Cepat
Pengambilan kembali informasi yang relevan dapat dilakukan
dengan banyak usaha, sedikit usaha, atau tanpa usaha sama sekali (National
Research Council, 1999). Para ahli mendapatkan mendapatkan kembali informasi
dalam cara yang hamper tanpa usaha dan otomatis, sementara para pemula
mengembangkan banyak usaha untuk mendapatkan kembali informasi. Sebagai contoh,
para pembaca yang sudah ahli bisa dengan cepat menandai kata2 dari sebuah
kalimat dan paragraph, namun kemampuan para pembaca yang masih pemula untuk
mengkodekan kata – kata masih belum lancar, sehingga mereka harus
mengalokasikan banyak perhatian dan waktu untuk pekerjaan ini.
5.
Keahlian
Adaptif
Pertanyaan penting lainnya adalah apakah beberapa
cara dalam menata pengetahuan adalah lebih baik ketimbang cara lainnya dalam
rangka membantu orang lebih fleksibel dan beradaptai dengan situasi baru
(National Research Council, 1999). Pakar adaptif mampu untuk memahami situasi
baru secara fleksibel, tidak acara kaku atau tetap (Hatano, 1990).
6.
Strategi
Para ahli menggunakan strategi yang efektif dalam
memahami informasi dalam bidang keahlian mereka dan dalam mengajukannya.
Sebelumnya kita membahas mengenai strategi yang bisa digunakan siswa untuk
mengingat informasi. Adapun beberapa strategi efektif yang bisa dikembangkan
siswa – siswi untuk menjadi ahli dalam pembelajaran:
a.
Menyebarkan dan mengonsolidasi
pembelajaran
Proses belajar murid akan banyak
tertolong apabila guru bicara dengan mereka tentang arti penting dari review
atas apa yang telah mereka pelajari. Contohnya seperti pembelajaran yang
membutuhkan periode yang lebih lama seperti mempersiapkan ujian nasional. Anak
– anak yang mepersiapkan ujian akan mendapatkan manfaat dari distribusi
pembelajaran selama periode yang lebih lama daripada hanya pembelajaran yang
tergesa – gesa yang cenderung menghasilkan memori jangka pendek yang diproses
secara dangkal, bukanya secara mendalam.
b.
Mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri
Strategi pengajuan pertanyaan untuk diri
sendiri ini bisa membantu anak dalam mengingat informasi. Ketika anak – anak
menanyai diri mereka sendiri tentang apa yang telah mereka baca atau tentang
satu aktivitas, mereka memperluas jumlah asosiasi informasi yang perlu mereka
dapatkan kembali.
c.
Mencatat dengan baik
Mencatat ini juga adalah strategi yang
bagus untuk menjadikan anak ahli dalam pembelajaran karena hal ini akan
memberikan manfaat untuk mereka. Adapun beberapa strategi pencatatan yang bagus
yaitu ringkasan, menulis garis besar, peta konsep. Ketiga strategi pencatatan
tersebut membantu anak – anak memgevaluasi ide yang paling penting untuk
diingat.
d.
Menggunakan sistem studi
Sistem studi yang baru dikembangkan
untuk menjadikan anak ahli dalam pembelajaran adalah PQ4R yang merupakan
singkatan dari Preview, Question, Read,
Reflect, Recite dan Review.
1) Preview
adalah memberitahu siswa – siswi untuk secara singkat menyurvei materi guna
mendapatkan organisasi secara keseluruhan.
2) Question
berarti mendorong siswa mananyai diri mereka sendiri tentang materi tersebut.
3) Read
berarti mendorong siswa – siswi untuk membaca dan menjadi pembaca yang aktif.
4) Reflect
berarti mendorong siswa – siswi untuk bersikap analitis dalam belajar.
5) Recite
berarti Mendorong anak untuk membuat pertanyaan mengenai materi tersebut.
6) Review berarti
memeberitahu siswa – siswi untuk membaca lagi seluruh materi dan mengevaluasi
apa yang mereka ketahui.
7.
Memperoleh
Keahlian
Dalam memperoleh kehlian, maka ada dua
hala yang harus menjadi perhatian, yaitu:
a.
Latihan dan motivasi
Salah satu pandangan
mengenai keahlian menyatakan bahwa latihan yang disengaja adalah syarat untuk menjadi
seorang ahli atau pakar. Ini bukan hanya satu jenis latihan. Ini meliputi
latihan tugas pada level kesulitan yang tepat untuk individual, memberikan
umpan balik informasi, mengizinkan kesempatan untuk repitisi, dan mengizinkan
koreksi kesalahan (Ericson, 1996). Latihan yang panjang itu membutuhkan
motivasi yang besar. Murid yang tidak termotivasi untuk latihan berjam-jam
biasanya tidak akan menjadi pakar dalam area tertentu.
b.
Bakat
Sejumlah psikolog
yang mempelajari keahlian, berpendapat bahwa keahlian bukan hanya membutuhkan
latihan dan motivasi (bloom, 1985; Shiffrin, 1996; Stenberg & Ben-Zeev,
2001), tetapi harus ada bakat yang dibawa sejak lahir. Hereditas memang
penting, meskipun demikian bakat yang dibawa tidak akan berhasil tanpa adanya
motivasi dan latihan ekstensif. Bakat saja tidak cukup membuat orang menjadi
pakar.
D.
METAKOGNISI
Pengetahuan metakognitif bisa dibedakan dari aktivitas
metakognitif. Pengetahuan metakognitif melibatkan pemantauan dan refleksi
pemikiran terbaru seseorang. Ini mencakup pengetahuan factual, seperti
pengetahuan tentang tugas, tujuan diri sendiri dan pengetahuan strategis,
seperti bagaimana kita menggunakan prosedur tersebut dalam menyelesaikan suatu
masalah. Aktivitas metakognitif terjadi ketika para siswa secara sadar
menyesuaikan dan mengatur strategi pemikiran mereka selama menyelesaikan
permasalahan dan pemikiran yang memiliki maksud tertentu (Ferrari &
Sternberg, 1998; Khun dan lainnya, 1995).
Seorang ahli dalam pemikiran anak-anak, Denna Khun berpendapat bahwa metakognisi seharusnya merupakan fokous dari upaya-upaya untuk membantu anak-anak pemikir kritis yang lebih baik, terutama dalam tingkat menengah pertama dam menengah atas. Ketrampilan kognitif urutan pertama memungkinkan anak-anak untuk mengetahui tentang dunia (dan telah merupakan fokus utama dari program pemikran kritis), dan ketrampilan kognitif urutan kedua-ketrampilan meta pengetahuan- yang melibatkan pengetahuan tentang diri sendiri dan orang lain.
Seorang ahli dalam pemikiran anak-anak, Denna Khun berpendapat bahwa metakognisi seharusnya merupakan fokous dari upaya-upaya untuk membantu anak-anak pemikir kritis yang lebih baik, terutama dalam tingkat menengah pertama dam menengah atas. Ketrampilan kognitif urutan pertama memungkinkan anak-anak untuk mengetahui tentang dunia (dan telah merupakan fokus utama dari program pemikran kritis), dan ketrampilan kognitif urutan kedua-ketrampilan meta pengetahuan- yang melibatkan pengetahuan tentang diri sendiri dan orang lain.
1.
Perubahan
Developmental
Banyak studi developmental yang diklasifikasikan sebagai
“metakognitif” memfokuskan pada meta memori, atau pengetahuan tentang mamori.
Ini mencakup pengetahuan umum tantang memori, seperti pengtahuan bahwa tes
pengenalan lebih mudah ketimbang tes mengingat. Ini juga mencakup pengtahuan
tentang memori seseorang, seprti kamampuan murid memonitor apakah dirinya sudah
cukup belajar untuk menghadapi ujian yang akan dilangsungkan minggu depan. Pada
usia lima atau enam tahun, anak biasnya mengetahui bahwa item yang familiar
labih mudah unutk dipelajari ketimbang item yang kurang dikenal, bahwa daftar
pendek lebih mudah ketimabnag menginagat dan bahwa lupa lebih mungkin terjadi
seiring dengan berjalannya waktu (lyon & Flavell, 1993).
2.
Model
Pemrosesan Informasi yang Baik
Para ahli yakin
bahwa ada tiga langkah utama untuk menjadikan kognisi anak-anak menjadi baik,
yaitu:
a.
Anak-anak diajari oleh orang atau guru untuk
menggunakan strategi tertentu. Semakin sering anak-anak diberikan stimulasi
intelektual baik disekolah maupun dirumah maka akan memperbanyak strategi
spesifik yang akan mereka temui dan mereka pelajari.
b.
Guru mungkin menuujukkan persamaan dan perbedaan
dalam banyak strategi dalam bidang tertentu.
c.
Siswa mengenali manfaat umum dari penggunaan
strategi yang nantinya menghasilkan pengetahuan strategi umum. Mereka berusaha
menggabungkan hasil pembelajaran yang dirasa berhasil dengan hasil pembelajaran
dengan usaha yang mereka kerahkan dalam mengevaluasi, memilih dan memantau
penggunaan strategi (pengetahuan dan aktivitas metakognitif).
3.
Strategi
dan Regulasi Metakognitif
Kunci dari pendidikan adalah membantu para siswa mempelajari
strategi yang kaya yang nantinya dapat menghasilkan solusi dari sebuah masalah.
Pemikir yang baik pasti tahu kapan dan dimana harus menggunakan strategi yang
dimilikinya. Pressely berpendapat bahwa ketika para siswa diberikan
pembelajaran tentang strategi yang efektif, mereka cenderung dapat menggunakan
strategi yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Ia menekankan bahwa
siswa mendapatkan manfaat ketika guru mempraktekkan strategi yang sesuai.
Mempelajari cara menggunakan strategi dengan efektif seringkali membutuhkan waktu yang lama. Awalnya, dibutuhkan waktu untuk menjalankan strategi tersebut, dan dibutuhkan bimbingan serta dukungan dari para guru. Dengan latihan, para siswa belajar untuk menjalankan strategi tersebut dengan lebih mudah dan lebih cepat. Latihan berarti para siswa meggunakan strategi yang efektif secara terus menerus sampai mereka benar-benar dapat melakukannya secara otomatis. Untuk menjalankan strategi dengan efektif mereka harus menyimpan strategi tersebut dalam jangka panjang, dan latihan. Para pelajar juga harus termotivasi untuk menjalankan strategi ini, jadi implikasi yang penting untuk membantu para siswa mengembangkan strategi adalah setelah strategi dipelajari, mereka biasanya membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempelajarinya sebelum dapat menggunakannya secara efisien.
Mempelajari cara menggunakan strategi dengan efektif seringkali membutuhkan waktu yang lama. Awalnya, dibutuhkan waktu untuk menjalankan strategi tersebut, dan dibutuhkan bimbingan serta dukungan dari para guru. Dengan latihan, para siswa belajar untuk menjalankan strategi tersebut dengan lebih mudah dan lebih cepat. Latihan berarti para siswa meggunakan strategi yang efektif secara terus menerus sampai mereka benar-benar dapat melakukannya secara otomatis. Untuk menjalankan strategi dengan efektif mereka harus menyimpan strategi tersebut dalam jangka panjang, dan latihan. Para pelajar juga harus termotivasi untuk menjalankan strategi ini, jadi implikasi yang penting untuk membantu para siswa mengembangkan strategi adalah setelah strategi dipelajari, mereka biasanya membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempelajarinya sebelum dapat menggunakannya secara efisien.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan:
1.
Robert Siegler mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari
pendekatan pemrosesan informasi, yaiutu:
proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.
2.
Menurut Gagne bawa dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diaolah, sehingga
menghasilkan keluaran dalam hasil belajar.
3.
Adapun beberapa hal yang berhubungan
dengan pemrosesan informasi yaitu perhatian, memori, keahlian, dan metakognisi.
4.
Perlu adanya cara yang bisa digunakan
untuk membantu siswa meningkatkan perhatian, memori, keahlian, dan metakognisi,
sehingga siswa dapat memroses informasi secara lebih efektif dalam proses
belajar dan pembelajaran di kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
John. W Santrock. 2007. Educational Psychologi, 2nd
Edition. Dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B. S. Kencana: Jakarta
Ilma Ef Hidayati. 2012. Pemrosesan Informasi. Online. [Tersedia]:
http://teknologipendidikan11086ilmaefha.wordpress.com/2012/05/27/pemrosesan-informasi-2/. Diakses tanggal
7 Januari 2013 pukul 21.10
Muhtar,
Zulkifli. 2011. Teori Pemrosesan
Informasi. Online [Tersedia]:http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/. Di
akses tanggal 7 Januari
2013 pukul 21.30
makasih banyak min
BalasHapuspembersih mata solder