Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain ---- Harta akan habis digunakan tanpa ilmu, tapi sebaliknya ilmu akan berkembang jika digunakan dan dimanfaatkan

Jumat, 03 Mei 2013

Teori William H. Sheldon


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks dan rumit. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dikaruniai akal fikiran yang membedakannya dengan makhluk Tuhan yang lain. Begitu juga manusia dikarunia bentuk fisik yang sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. “Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S. At-Tiin:4).
Terkadang kita menilai manusia hanya dari segi fisiknya saja tanpa melihat isi dari fisik tersebut. Ada sebuah peribahasa menagatakan “jangan menilai buku dari sampulnya”, memang pribhasa tersebut sangat terkenal sejak dahulu. Begitu juga dengan kebanyakan orang terkadang hanya menilai dari luarnya saja, tapa melihat dari dalamnya. Namun realitanya, seseorang pasti akan dinilai dari penampilan luar terlebih dahulu, khususnya di dunia kerja. Ini yang membuat penampilan luar mencerminkan kepribadian Anda. Jika Anda berpenampilan buruk saat ke kantor, maka rekan kerja tidak akan menghormati anda.
Sejak sudah lama ada pendapat, bahwa sifat-sifat jasmaniah itu merupakan aspek-aspek pokok dari pada kepribadian. Umum sekali orang berpendapat, bahwa orang gemuk itu peramah dan lamban, bahwa orang yang jangkung itu pemalu, orang yang hitam setia, dan sebaginya dan sebaginya. Banyak penyelidik-penyelidik yang menyatakan pendapatnya seperti itu, misalnya Rostan, Viola, Siguad, Naccaratti, dan yang terkenal sekali Kretscmer.
Jadi kebanyakan orang, maupun para sarjana yang disebutkan itu diatas berpendapat, bahwa tingkah laku yang mencerminkan kepribadian itu dalam banyak hal bersangkutan dengan keadaan jasmani yang nampak. Perilaku manusia sebenarnya sangat beragam, tetapi mempunyai kesamaan secara umum. Para ahli psikologi konstitusional telah menyelidiki keterkaitan antara perilaku manusia dengan bentuk tubuhnya (jasmani). Salah satu diantara para ahli tersebut adalah William H. Sheldon. Di Amerika Serikat, pendapat yang semacam itu tidak banyak yang mengikuti, bahkan banyak yang kurang menerima pendapat yang demikian. Hasil karya William H. Sheldon merupaka hasil yang besar dalam situasi ilmiah yang demikian itu.
Teori William H. Sheldon ini membicarakan tentang teori psikologi kepribadian. Lebih-lebih tentang psikologi konstitusional. Sebelum berbicara jauh tentang psikologi konstitusioanal, maka tidak salahnya kita mengtahui dan mengerti apa arti istilah  kosntitusi. Menurut Sheldon, konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif tetap tak berubah-uabah-morphologi, psikologi, fungsi kelenjar buntu, dan sebagainya-dan dapat dilawankan dengan aspek-aspek yang relatif labil dan mudah bermodifikasi karena tekanan-tekanan lingkunagan, seperti kebiasaan, sikap sosial, kegemaran, dan sebagainya. Dalam uraian ini istilah konstitusi dipakai dalam arti seperti yang dikemukakan oleh Sheldon. Makalah ini akan menguraikan tentang teori William H. Sheldon dan hubungannya antara jasmani dengan tingkah laku. 

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Riwayat Hidup William H. Sheldon
William H. Sheldon lahir pada tahun 1899 di Warwick, Rhode Island, dan dibesarkan di sana pula, dalam suasana pertanian. Susana pedesaan dan hubungan yang erat dengan ayahnya. Ayahnya adalah seorang naturalis dan peternak, besar pengaruhnya terhadap pandanagan mengeani manusia. William H. Sheldon memperoleh gelar BA pada tahun 1919 setelah menye-lesaikan pendidikannya di Brown University, dan memperoleh gelar MA dari Universitas Colorado dan memperoleh gelar Ph.D dalam psikologi dari Universitas Chicago pada tahun 1926. Beliau diangkat menjadi guru besar di Universitas Wisconsin setelah menyelesaikan studi dalam bidang Kedokteran, hingga akhirnya mendapat beasiswa untuk melanjutkan studinya di bidang psikiatri.
Selama masa belajarnya  W. H. Sheldon dibimbing oleh C.G. Kung dan Kretschmer yang pada akhirnya banyak mempengaruhi cara pandang Sheldon terhadap psikologi. Selain kedua tokoh tersebut, tokoh lain yang mempengaruhi gaya berpikir W. H. Sheldon adalah Viola, Freud, Jung dan William James. Sepulangnya dari pendidikan pskiatri, Sheldon diangkat menjadi guru besar di Universitas Chigago pada tahun 1936. Pada tahun 1938 Sheldon pindah ke Universitas Harvard.
Beliau bertahan di Harvard hingga terjadi perang dunia 2. Pada tahun 1947 W.H. Sheldon diangkat menjadi direktur di Lab. Konsitusi di College of Physician and Surgeon, Univetsitas Colombia. Sheldon menjadi direktur menggantikan  George Draper yang notabene merupakan perintis berdirinya Constituional Medicine. Dalam teori sheldon dapat dikemukakan, bahwa struktur jasmani merupakan yang utama berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. Dalam pada itu dia mendapatkan sejumlah variabel obyektif yang dapat dipakai untuk menggambarkan jasmani dan tingkah laku. Selanjutnya cara mengukur struktur jasmani dengan foto-foto yang telah dibaut standarnya merupakana hal yang penting dipandang dari segi metodologi. Adapun yang menjadikan landasan sikapnya yang mementingkan jasmani beserta pengukuran-pengukurannya itu ialah keyakinan yang kuat, bahwa faktor-faktor keturunan biologis adalah sangat penting dalam menentukan tingkah laku.
B.       Pokok-pokok Teori William H. Sheldon
1.        Struktur Tubuh (Jasmani)
Seprti ahli-ahli psikologi kostitusional yang terdahulu Sheldon menentukan dan memberikan ukuran-ukuran daripada komponen-komponen jasmaniah manusia. Dalam pada itu perlu didefinisikan bahwa Sheldon tidak hanya ingin mendapatkan kategori untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan tubuh manusia saja, tetapi tujuannya lebih jauh lagi, yaitu untuk mendaptkan apa yang disebutkan biological identification tag. Sehldon berpendapat bahwa faktor-faktor genetis dan biologis memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan individu. Dia percaya juga, bahwa orang mumkin mendapatkan representasi dari faktor-faktor tersbut dengan melalui sejumlah pengukuran yang didasarkan jasmani. Dalam pandangan Sheldon ada suatu struktur biologis hipotesis, yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar jasmani yang nampak (phenotipe), dan yang memainkan peranan penting tidak saja dalam menetukan perkem-bangan jasmani, tetapi juga dalam pembentukan tingkah laku. Somatotipe merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe itu, walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung dan terutama bersandar kepada pengukuran jasmaniah (phenotipe).

a.        Dimensi-dimensi Jasmaniah
Walaupun Sheldon tahu bahwa telah ada orang-orang lain terdahulu yang melakukan pengukuran terhadap jasmani, namun dia memulai usahanya secara induktif. Soal pertama-tama ialah mendapatkan sejumlah besar tubuh/jasmani yang dapat diselidiki kembali. Untuk membuat cara ini supaya praktis, dia membuat foto-foto tubuh (dari depan dan dari samping), dengan cara yang distandarisasi. Cara ini disebutnya: Somatotype Performance Test.
1)        Komponen-komponen jasmani primer
Setelah lama menyelidiki dan menilai dengan teliti foto-foto tersebut Sheldon dengan pembantu-pembantunya mengambil kesimpulan, bahwa ada tiga komponen atau dimensi jasmaniah itu. Ketiga dimensi itu merupakan inti daripada teknik pengukuran struktur tubuh, komponen-kompoen itu adalah:
1.    Endomorphy
2.    Mesomorphy
3.    Ectomorphy
Penggunaan istilah itu dihubungkan dengan tiga lapisan pada terbentuknya foetus manusia (endoderm, mesoderm, dan ectodrm). Dominasi alat-alat yang berasal dari lapisan tertentu menentukan dominasi daripada komponen tertentu. Dengan demikian, maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok daripada jasmani manusia, yaitu:
a)    Endomorphy (komponen endomorphy dominant)
b)   Mesomorphy (komponen mesomorphy dominant)
c)    Ectomorphy (komponen ectomorphy dominant)

a)         Tipe Endomorph
Individu yang komponen endomorphynya tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat atau organ-organ internal dan seluruh sistem digestif yang berasal dari endoderm menegang peranan penting. Secara fisik tampak : lembut dan gemuk.
b)        Tipe Mesomorph
Individu yang bertipe mesomorph komponen mesomorphynya tinggi sedang-kan kedua komponen lainnya rendah, maka komponen mesomorphy dominan dibandingkan komponen lain. Bagian tubuh yang berasal dari mesoderm lebih berkembang (otot, pembuluh darah, dan Jantung ). Secara fisik tampak : kokoh, keras, otot menonjol, tahan sakit, banyak ditemukan olahragawan, pengelana, dan tentara termasuk tipe ini.
c)         Tipe Ectomorph
Individu yang bertipe Ectomorphy, maka komponen ectomorphynya dominan.Organ-organ ectoderm lebih berkembang seperti kulit dan sistem syaraf. Secara fisik terlihat : jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot tidak terlihat.

Seperti telah dikatakan, somatotip ini adalah alat untuk mengira-irakan komponen biologis dari tingkah laku dasar dan tidak berubah (morphogenotipe) dengan jalan mengukur keadaan tubuh yanag nampak luar (phenotipe). Pengukuran itu mengenai: kepala, leher, dada, lengan, panggul, perut, dan kaki. Jadi somatotipe itu merupakan kompormis antara morphogenotipe dan phenotip.
Sheldon mengatakan bahwa apabila orang mau benar-benar memperoleh perkiraan yang sebaik-baiknya tentang morphogenotipe secara ideal, dia tidak cukup hanya menyelidiki individu itu sepanjang sejarah hidupnya, melainkan juga nenek moyang dan keturunannya.  Selanjutnya foto individu itu harus dibuat berturut-turut secara periodik. Tentu saja apa yang pernah dicapai bukanlah somatotipe yang ideal itu. Kecuali ketiga tipe yang talah dikemukakan di atas, maka ada enam tipe campuran. Diantara tiap dua tipe pokok ada dua tipe campuran. Adapun tipe-tipe campuran tersebut adalah:
a)      Endomorph yang mesomorphis
b)      Endomorph yang ectomorphis
c)      Mesomorph yang endomorphis     
d)     Mesomorph yang ectomorphis
e)      Ectomorph yang endomorphis
f)       Ectomorph yang mesomorphis

2)        Komponen-komponen jasmani sekunder
Disamping komponen-komponen jasmani primer, Sheldon juga mengemukakan adanya tiga komponen jasmani sekunder, yaitu:
a)      Displasia
Dengan meminjam istilah dari Kretchmer istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah dari pada tubuh. Dalam penyeli-dikan-penyelidikan yang mula-mula Sheldon menemukan, bahwa banyak desplisia berhubungan dengan ectomorphy, dan lebih banyak pada wanita daripada laki-laki. Penyelidikan yang lebih kemudian membuktikan, lebih banyak displesia pada para penderita psikosis daripada pada mahasiswa.

b)      Gynandromorphy
Gyinandromorphy adalah komponen jasmani sekunder yang kedua. Komponen ini menunjukkan sejauhmana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini oleh Sheldon dinyatakan dengan huruf “g” jadi orang laki-laki yang memiliki komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Secara teori sifat-sifat ini dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai 7. Angka 1 menunjukkan tidak adanya sifat-sifat dari jenis kelamin lawannya, sedangkan angka 7 menunjukkan kebencian  (hermaphroditismus).

c)      Texture (tampang)
Komponen jasmani sekunder yang ketiga, dan barangkali yang terpenting, adalah (texture) yang ditandai oleh Sheldon dengan huruf “f” (dari texture). Adapun yang dimaksud dengan tampang (texture) oleh Sheldon adalah bagai-mana individu itu nampaknya itu keluar (Jawa: dedeg-piyadeg).

b.        Konstansi Somatotipe
Perubahan umur dan variasi makanan kiranya memaksa orang pada umumnya untuk mengakui sifat berubah-berubah somatotipe itu. Namun Sheldon yakin, bahwa tidak ada perbahan makanan yang dapat merubah ukuran-ukuran orang dari somatotipe yang satu ke somatotipe yang lain. Memang mumkin faktor-faktor makanan menim-bulkan perubahan pada ukuran-ukuran individu, akan tetapi itu tidak akan mengubah somatotipe yang sebenarnya.
Hipotesis tentang konstansi somatotipe ini dibuktikan oleh adanya kemiripan dalam distribusi bermacam-macam tipe itu pada umur yang berbeada-beda. Misalnya Sheldon (1940) mengemukakan hasil penyelidikannya bahwa orang-orang yang ber-umur 40 tahun menunjukkan variasi berbagi somatotipe yang kira-kira sama dengan mahasiswa-mahasiswa (masih muda). Apabila umur membawa perubahan pokok dalam somatotipe, semestinya umur yang berbedaan itu akan menunjukkan variasi somatotipe yang tidak sama.
Tetapi pada pendapatnya yang lebih kemudaian Sheldon mengubah pendiriannya itu; kondisi somatotipe itu membutuhkan ada konstansi dalam makanan dan tak adanya hal-hal yang patologis.

2.        Analisis Tingkah Laku (Kepribadian)
Walaupun telah mempunyai alat yang tetap untuk menilai aspek jasmaniah daripada manusia, namun ahli-ahli psikologi konstitusional harus membuat atau meminjam metode lain untuk menilai tingkah laku apabila dia akan benar-benar menyelidiki hubungan antara jasmani dan tingkah laku atau kepribadian. Dalam hal ini Sheldon bermula dari pangkal dagu, bahwa walaupun nampaknya ada banyak dimensi atau variabel dalam tingkah laku, tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen dasar yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang nampak kompleks itu.
a.         Dimensi-dimensi temperamen
Komponen-komponen primer daripada temperamen
1)        Tipe viscerotonis
Komponen primer temperamen ayang pertama dinamakan viscorotonia, karena kelompok sifat-sifat yang dicakupnya berhubungan dengan fumgsi dan anatomi alat-alat viscerel/digesif. Orang yang visceretonis itu mempuanyai alat pencer-naan yang relatif besar dan panjang, dengan hati besar.
Sifat-sifat tempramne viscerotonis itu ialah:
a)        sikap tidak tegang (relaxed)
b)        suka akan hiburan
c)        gemar makan-makan
d)       besar kebutuhan akan resonansi orang lain
e)        tidurnya nyenyak
f)         bila mengadapi kesukaran membutuhkan orang lain
2)     Tipe somatotonia
Komponen primer temperamen ayang kedua dinamakan viscorotonia, karena sifat-sifat (kelompok sifat) yang dicakupnya berhubungan denagn dominasi dan antomi struktur somatis. Orang yang somatotonis aktivitas otot-otot sekehendaknya dominan. Orang yang golongan ini gemar akan ekspresi mus-kuler, suka mendapat pengalan fisik.
Sifat-sifat temperament somatotonis ini ialah:
a)        sikapnya gagah
b)        perkasa (energetic)
c)        kebutuhan bergerak besar
d)       suka terus terang
e)        suara lantang
f)         nampaknya lebih dewasa dari yang sebenarnya
g)        bila menghadapi kesukaran-kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan
3)     Tipe celebrotonis
Komponen primer ketiga dinamakan cerebotania. Sebenarnya Sheldon belum pasti benar tentang penamaan ini. Dinamakan demikian karena dikirakan bahwa aktifitas pokok adalah perhatian dengan sadar, serta inhibisi terhadap gerkan-gerakan jasmaniah.
Sifat-sifat orang yang bertipe cerebrotonis itu adalah:
a)        sikapnya kurang gagah, ragu-ragu
b)        reaksinya cepat
c)        kurang berani bergaul dengan orang banyak (ada sociopobia)
kurang berani berbicara di depan orang banyak
d)       kebiasaan-kebiasaannya tetap, hidup teratur
e)        suara kurang bebas
f)         tidur kurang nyenyak (sukar)
g)        nampaknya lebih muda dari yang sebenarnya
h)        kalau menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri

Ketiga komponen itu dengan sifat-sifat yang dicakupnya merupakan Scale Of Temperamen, yang juga mempunyai sekala 1 sampai dengan 7. Dengan uraian yang telah dikemukakan itu nyata, bahwa kalau dipandang dari segi tipologi Sheldon membedakan adanya tiga tipe pokok temperamen, yaitu:
1.    Visceretonia
2.    Somatotonia
3.    Cerebrotonia.

3.        Hubungan antara Jasmani dan Gangguan-ganguan Kejiwaan
Penyelidikan-penyelidikan Sheldon tidak hanya terbatas pada orang-orang yang normal saja, tetapi juga masalah-masalah ketidaknormalan. Hasil penyelidikannya mengenai ini (bersama-sama dengan With Katz) diterbitkan pada tahun 1948, Sheldon mengemukakan perihal gangguan kejiwaan terdiri dari 3 dimensi primer. Ketiga dimensi itu pada pokoknya (pada garis besanya) berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa digunakan dalam diagnosis psikiatris. Adapun komponen-komponen psikiatris itu ialah:
a.         Affektive, bentuknya yang ekstrem terdapat pada psikosis jenis manis-depresif (antara ekstrem gembira dan ekstrem sedih, depresif).
b.         Paranoid, bentuknya yang ekstrem terdapat pada para penderita psikosis jenis paranoid (banyak angan-angan, pikiran yang sangat jauh dari kenyataan: merasa diancam, merasa diri terlalu besar, dan sebagainya).
c.         Heboid, bentuknya yang ekstrem terdapat pada para penderita hebephrenia, suatu bentuk dari schizophrenia (a sosial, anti sosial).
Sheldon sendiri menyatakan, bahwa penyelidikannya dalam lapangan ini masih harus diuji tetapi cara yang dipakainya memberi harapn yang baik dimasa depan. Korelasi antara komponen-komponen psikiatris (affaective, paranoid, dan heboid)denagn komponen-komponen somatipe semua positif, walaupun tidak terlalu tinggi. Hal ini memberi kesimpulan bahwa antara komponen-komponen somatipe dan komponen-komponen psikiatris itu terang ada hubungan, walaupun hubungan itu tidak sederhana yang terdapat pada komponen-komponen somatotipe dan komponen-komponen temperament.

4.        Faktor-faktor yang Menjadi Perantara dalam Hubungan antara Jasmani dan Tingkah Laku
Hubungan antara komponen-komponen jasmani dan tingkah laku dapat dijelaskan dengan beberapa cara:
a.         Sukses yang menyertai suatu cara bertingkah laku tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan saja, tetapi juga tipe jasmaninya. Misal: Orang yang octamorphis tentu kurang berhasil bertindak kasar dan agresif, sedangkan orang yang mesomorphis akan lebih berhasil.
b.        Kemungkinan lain adalah bahwa hubungan antara jasmani dan temperamen di hubungkan oleh anggapan yang stereotipis dalam kebudayaan (tuntutan peran social) mengenai macam-macam tingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh orang yang berbeda-beda tipe jasmaninya itu. Jadi individu yang memilki tipe jasmani tertentu itu menduduki peranan sosial tetentu pada keadaan biasa diharapkan bertingkah laku sesuai dengan peranan sosialnya itu. Harapan yang demikian itu akan berakibat, bahwa orang-orang yang tipe jasmaninya berbeda akan bertingkah laku secara berbeda. Dan ini cenderung untuk ditiru oleh orang lain yang punya tipe jasmani serupa.
c.         Kemungkinan lain adalah pengalaman atau pengaruh lingkungan menghasilkan tipe tubuh tertentu, selanjutnya menimbulkan kecenderungan tingkah laku tertentu. Contohnya orang yang berlatih atletik mempunyai bentuk tubuh tertentu sehingga cenderung menghasilkan perilaku tertentu pula.
d.        Kemungkinan terakhir adalah hubungan antara bentuk fisik dan perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor genetis. Menurut Sheldon faktor yang paling mempengaruhi adalah yang pertama dan kedua (pengalaman selektif dan determinasi budaya walaupun dia mengakui pentingnya determinasi genetis).

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas tentang teori William H. Sheldon dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.        Sehldon mejelaskan bahwa dimensi jasmaniah terbagi dua yaitu komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder. Komponen jasmani primer adalah endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy. Sedangkan komponen jasmani sekunder adalah displasia, gynandromorphy, dan texture (tampang).
2.        dipandang dari segi tipologi Sheldon, Sheldon juga membedakan adanya tiga tipe pokok temperamen yaitu; visceretonia, somatotonia, dan cerebrotonia.
3.        Sheldon mengemukakan perihal gangguan kejiwaan terdiri dari 3 dimensi primer. Ketiga dimensi itu pada pokoknya (pada garis besanya) berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa digunakan dalam diagnosis psikiatris.komponen-komponen psikiatris itu ialah; affetive, paranoid, dan heboid.

Referensi

Sumadi Suryabrata. 2002. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo
                  Persada
Khustyawan Eka Putra Handana . 2009. Hubungan Bentuk Fisik Manusia Dengan Tingkah Lakunya Berdasarkan Teori William H. Sheldon. file:///D:/hubungan-bentuk-fisik-manusia-dengan.html. diakses tang-gal 16 Oktober 2012
http://psycho-library.blogspot.com/2012/01/wh-sheldon-psikologi-kepribadian.html. diakses tanggal 16 Oktober

Tidak ada komentar:

Posting Komentar