BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks dan rumit.
Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dikaruniai akal fikiran yang membedakannya
dengan makhluk Tuhan yang lain. Begitu juga manusia dikarunia bentuk fisik yang
sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. “Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S. At-Tiin:4).
Terkadang kita menilai manusia hanya dari segi
fisiknya saja tanpa melihat isi dari fisik tersebut. Ada sebuah peribahasa
menagatakan “jangan menilai buku dari
sampulnya”, memang pribhasa tersebut sangat terkenal sejak dahulu. Begitu
juga dengan kebanyakan orang terkadang hanya menilai dari luarnya saja, tapa
melihat dari dalamnya. Namun realitanya, seseorang pasti akan dinilai dari
penampilan luar terlebih dahulu, khususnya di dunia kerja. Ini yang membuat
penampilan luar mencerminkan kepribadian Anda. Jika Anda berpenampilan buruk
saat ke kantor, maka rekan kerja tidak akan menghormati anda.
Sejak sudah lama ada pendapat, bahwa sifat-sifat
jasmaniah itu merupakan aspek-aspek pokok dari pada kepribadian. Umum sekali
orang berpendapat, bahwa orang gemuk itu peramah dan lamban, bahwa orang yang
jangkung itu pemalu, orang yang hitam setia, dan sebaginya dan sebaginya. Banyak
penyelidik-penyelidik yang menyatakan pendapatnya seperti itu, misalnya Rostan,
Viola, Siguad, Naccaratti, dan yang terkenal sekali Kretscmer.
Jadi kebanyakan orang, maupun para sarjana yang
disebutkan itu diatas berpendapat, bahwa tingkah laku yang mencerminkan
kepribadian itu dalam banyak hal bersangkutan dengan keadaan jasmani yang
nampak. Perilaku manusia sebenarnya sangat beragam, tetapi mempunyai kesamaan
secara umum. Para ahli psikologi konstitusional telah menyelidiki keterkaitan
antara perilaku manusia dengan bentuk tubuhnya (jasmani). Salah satu diantara
para ahli tersebut adalah William H. Sheldon. Di Amerika Serikat, pendapat yang
semacam itu tidak banyak yang mengikuti, bahkan banyak yang kurang menerima
pendapat yang demikian. Hasil karya William H. Sheldon merupaka hasil yang
besar dalam situasi ilmiah yang demikian itu.
Teori William H. Sheldon ini membicarakan tentang
teori psikologi kepribadian. Lebih-lebih tentang psikologi konstitusional. Sebelum
berbicara jauh tentang psikologi konstitusioanal, maka tidak salahnya kita
mengtahui dan mengerti apa arti istilah
kosntitusi. Menurut Sheldon, konstitusi adalah aspek-aspek individu yang
relatif tetap tak berubah-uabah-morphologi, psikologi, fungsi kelenjar buntu,
dan sebagainya-dan dapat dilawankan dengan aspek-aspek yang relatif labil dan
mudah bermodifikasi karena tekanan-tekanan lingkunagan, seperti kebiasaan,
sikap sosial, kegemaran, dan sebagainya. Dalam uraian ini istilah konstitusi
dipakai dalam arti seperti yang dikemukakan oleh Sheldon. Makalah ini akan
menguraikan tentang teori William H. Sheldon dan hubungannya antara jasmani
dengan tingkah laku.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Riwayat Hidup William H. Sheldon
William H. Sheldon lahir pada tahun 1899 di Warwick,
Rhode Island, dan dibesarkan di sana pula, dalam suasana pertanian. Susana
pedesaan dan hubungan yang erat dengan ayahnya. Ayahnya adalah seorang naturalis
dan peternak, besar pengaruhnya terhadap pandanagan mengeani manusia. William
H. Sheldon memperoleh gelar BA pada tahun 1919 setelah menye-lesaikan
pendidikannya di Brown University, dan memperoleh gelar MA dari Universitas
Colorado dan memperoleh gelar Ph.D dalam psikologi dari Universitas Chicago
pada tahun 1926. Beliau diangkat menjadi guru besar di Universitas Wisconsin
setelah menyelesaikan studi dalam bidang Kedokteran, hingga akhirnya mendapat
beasiswa untuk melanjutkan studinya di bidang psikiatri.
Selama masa belajarnya W. H. Sheldon dibimbing
oleh C.G. Kung dan Kretschmer yang pada akhirnya banyak mempengaruhi cara
pandang Sheldon terhadap psikologi. Selain kedua tokoh tersebut, tokoh lain
yang mempengaruhi gaya berpikir W. H. Sheldon adalah Viola, Freud, Jung dan
William James. Sepulangnya dari pendidikan pskiatri, Sheldon diangkat menjadi
guru besar di Universitas Chigago pada tahun 1936. Pada tahun 1938 Sheldon
pindah ke Universitas Harvard.
Beliau bertahan di Harvard hingga terjadi perang
dunia 2. Pada tahun 1947 W.H. Sheldon diangkat menjadi direktur di Lab.
Konsitusi di College of Physician and Surgeon, Univetsitas Colombia. Sheldon
menjadi direktur menggantikan George Draper yang notabene merupakan
perintis berdirinya Constituional Medicine. Dalam teori sheldon dapat
dikemukakan, bahwa struktur jasmani merupakan yang utama berpengaruh terhadap
tingkah laku manusia. Dalam pada itu dia mendapatkan sejumlah variabel obyektif
yang dapat dipakai untuk menggambarkan jasmani dan tingkah laku. Selanjutnya
cara mengukur struktur jasmani dengan foto-foto yang telah dibaut standarnya merupakana
hal yang penting dipandang dari segi metodologi. Adapun yang menjadikan
landasan sikapnya yang mementingkan jasmani beserta pengukuran-pengukurannya
itu ialah keyakinan yang kuat, bahwa faktor-faktor keturunan biologis adalah
sangat penting dalam menentukan tingkah laku.
B. Pokok-pokok Teori William H. Sheldon
1.
Struktur Tubuh
(Jasmani)
Seprti ahli-ahli psikologi kostitusional yang
terdahulu Sheldon menentukan dan memberikan ukuran-ukuran daripada
komponen-komponen jasmaniah manusia. Dalam pada itu perlu didefinisikan bahwa Sheldon
tidak hanya ingin mendapatkan kategori untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan
tubuh manusia saja, tetapi tujuannya lebih jauh lagi, yaitu untuk mendaptkan
apa yang disebutkan biological identification
tag. Sehldon berpendapat bahwa faktor-faktor genetis dan biologis memainkan
peranan yang menentukan dalam perkembangan individu. Dia percaya juga, bahwa
orang mumkin mendapatkan representasi dari faktor-faktor tersbut dengan melalui
sejumlah pengukuran yang didasarkan jasmani. Dalam pandangan Sheldon ada suatu
struktur biologis hipotesis, yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar jasmani
yang nampak (phenotipe), dan yang memainkan peranan penting tidak saja dalam
menetukan perkem-bangan jasmani, tetapi juga dalam pembentukan tingkah laku. Somatotipe
merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe itu, walaupun harus bekerja
dengan cara tidak langsung dan terutama bersandar kepada pengukuran jasmaniah
(phenotipe).
a.
Dimensi-dimensi
Jasmaniah
Walaupun Sheldon tahu bahwa telah ada orang-orang
lain terdahulu yang melakukan pengukuran terhadap jasmani, namun dia memulai
usahanya secara induktif. Soal pertama-tama ialah mendapatkan sejumlah besar
tubuh/jasmani yang dapat diselidiki kembali. Untuk membuat cara ini supaya
praktis, dia membuat foto-foto tubuh (dari depan dan dari samping), dengan cara
yang distandarisasi. Cara ini disebutnya: Somatotype
Performance Test.
1)
Komponen-komponen jasmani primer
Setelah lama
menyelidiki dan menilai dengan teliti foto-foto tersebut Sheldon dengan
pembantu-pembantunya mengambil kesimpulan, bahwa ada tiga komponen atau dimensi
jasmaniah itu. Ketiga dimensi itu merupakan inti daripada teknik pengukuran
struktur tubuh, komponen-kompoen itu adalah:
1. Endomorphy
2. Mesomorphy
3. Ectomorphy
Penggunaan
istilah itu dihubungkan dengan tiga lapisan pada terbentuknya foetus manusia
(endoderm, mesoderm, dan ectodrm). Dominasi alat-alat yang berasal dari lapisan
tertentu menentukan dominasi daripada komponen tertentu. Dengan demikian, maka
menurut Sheldon ada tiga tipe pokok daripada jasmani manusia, yaitu:
a) Endomorphy (komponen endomorphy
dominant)
b) Mesomorphy (komponen mesomorphy
dominant)
c) Ectomorphy (komponen ectomorphy
dominant)
a)
Tipe
Endomorph
Individu
yang komponen endomorphynya tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah,
ditandai oleh alat-alat atau organ-organ internal dan seluruh sistem digestif
yang berasal dari endoderm menegang peranan penting. Secara fisik tampak :
lembut dan gemuk.
b)
Tipe
Mesomorph
Individu
yang bertipe mesomorph komponen mesomorphynya tinggi sedang-kan kedua komponen
lainnya rendah, maka komponen mesomorphy dominan dibandingkan komponen lain. Bagian
tubuh yang berasal dari mesoderm lebih berkembang (otot, pembuluh darah, dan Jantung
). Secara fisik tampak : kokoh, keras, otot menonjol, tahan sakit, banyak
ditemukan olahragawan, pengelana, dan tentara termasuk tipe ini.
c)
Tipe
Ectomorph
Individu
yang bertipe Ectomorphy, maka komponen ectomorphynya dominan.Organ-organ
ectoderm lebih berkembang seperti kulit dan sistem syaraf. Secara fisik
terlihat : jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot tidak terlihat.
Seperti telah
dikatakan, somatotip ini adalah alat untuk mengira-irakan komponen biologis
dari tingkah laku dasar dan tidak berubah (morphogenotipe) dengan jalan
mengukur keadaan tubuh yanag nampak luar (phenotipe). Pengukuran itu mengenai:
kepala, leher, dada, lengan, panggul, perut, dan kaki. Jadi somatotipe itu
merupakan kompormis antara morphogenotipe dan phenotip.
Sheldon mengatakan
bahwa apabila orang mau benar-benar memperoleh perkiraan yang sebaik-baiknya
tentang morphogenotipe secara ideal, dia tidak cukup hanya menyelidiki individu
itu sepanjang sejarah hidupnya, melainkan juga nenek moyang dan
keturunannya. Selanjutnya foto individu
itu harus dibuat berturut-turut secara periodik. Tentu saja apa yang pernah
dicapai bukanlah somatotipe yang ideal itu. Kecuali ketiga tipe yang talah
dikemukakan di atas, maka ada enam tipe campuran. Diantara tiap dua tipe pokok
ada dua tipe campuran. Adapun tipe-tipe campuran tersebut adalah:
a) Endomorph yang mesomorphis
b) Endomorph yang ectomorphis
c) Mesomorph yang endomorphis
d) Mesomorph yang ectomorphis
e) Ectomorph yang endomorphis
f) Ectomorph yang mesomorphis
2)
Komponen-komponen jasmani sekunder
Disamping komponen-komponen jasmani
primer, Sheldon juga mengemukakan adanya tiga komponen jasmani sekunder, yaitu:
a) Displasia
Dengan meminjam istilah dari Kretchmer
istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan
ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah dari
pada tubuh. Dalam penyeli-dikan-penyelidikan yang mula-mula Sheldon menemukan,
bahwa banyak desplisia berhubungan dengan ectomorphy, dan lebih banyak pada
wanita daripada laki-laki. Penyelidikan yang lebih kemudian membuktikan, lebih
banyak displesia pada para penderita psikosis daripada pada mahasiswa.
b) Gynandromorphy
Gyinandromorphy adalah komponen jasmani
sekunder yang kedua. Komponen ini menunjukkan sejauhmana jasmani memiliki
sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini
oleh Sheldon dinyatakan dengan huruf “g” jadi orang laki-laki yang memiliki
komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan
sifat-sifat wanita yang lain. Secara teori sifat-sifat ini dapat dinyatakan
dengan angka 1 sampai 7. Angka 1 menunjukkan tidak adanya sifat-sifat dari
jenis kelamin lawannya, sedangkan angka 7 menunjukkan kebencian (hermaphroditismus).
c) Texture
(tampang)
Komponen jasmani sekunder yang ketiga,
dan barangkali yang terpenting, adalah (texture)
yang ditandai oleh Sheldon dengan huruf “f” (dari texture). Adapun yang
dimaksud dengan tampang (texture) oleh Sheldon adalah bagai-mana individu itu nampaknya
itu keluar (Jawa: dedeg-piyadeg).
b.
Konstansi Somatotipe
Perubahan umur dan variasi makanan kiranya memaksa
orang pada umumnya untuk mengakui sifat berubah-berubah somatotipe itu. Namun
Sheldon yakin, bahwa tidak ada perbahan makanan yang dapat merubah
ukuran-ukuran orang dari somatotipe yang satu ke somatotipe yang lain. Memang
mumkin faktor-faktor makanan menim-bulkan perubahan pada ukuran-ukuran
individu, akan tetapi itu tidak akan mengubah somatotipe yang sebenarnya.
Hipotesis
tentang konstansi somatotipe ini dibuktikan oleh adanya kemiripan dalam
distribusi bermacam-macam tipe itu pada umur yang berbeada-beda. Misalnya Sheldon
(1940) mengemukakan hasil penyelidikannya bahwa orang-orang yang ber-umur 40
tahun menunjukkan variasi berbagi somatotipe yang kira-kira sama dengan mahasiswa-mahasiswa
(masih muda). Apabila umur membawa perubahan pokok dalam somatotipe, semestinya
umur yang berbedaan itu akan menunjukkan variasi somatotipe yang tidak sama.
Tetapi
pada pendapatnya yang lebih kemudaian Sheldon mengubah pendiriannya itu;
kondisi somatotipe itu membutuhkan ada konstansi dalam makanan dan tak adanya
hal-hal yang patologis.
2.
Analisis Tingkah
Laku (Kepribadian)
Walaupun telah mempunyai alat yang tetap untuk
menilai aspek jasmaniah daripada manusia, namun ahli-ahli psikologi
konstitusional harus membuat atau meminjam metode lain untuk menilai tingkah
laku apabila dia akan benar-benar menyelidiki hubungan antara jasmani dan
tingkah laku atau kepribadian. Dalam hal ini Sheldon bermula dari pangkal dagu,
bahwa walaupun nampaknya ada banyak dimensi atau variabel dalam tingkah laku,
tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen dasar yang
diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang nampak kompleks itu.
a.
Dimensi-dimensi
temperamen
Komponen-komponen
primer daripada temperamen
1)
Tipe viscerotonis
Komponen
primer temperamen ayang pertama dinamakan viscorotonia, karena kelompok
sifat-sifat yang dicakupnya berhubungan dengan fumgsi dan anatomi alat-alat
viscerel/digesif. Orang yang visceretonis itu mempuanyai alat pencer-naan yang
relatif besar dan panjang, dengan hati besar.
Sifat-sifat tempramne viscerotonis itu
ialah:
a)
sikap tidak tegang (relaxed)
b)
suka akan hiburan
c)
gemar makan-makan
d) besar
kebutuhan akan resonansi orang lain
e)
tidurnya nyenyak
f)
bila mengadapi kesukaran membutuhkan
orang lain
2) Tipe
somatotonia
Komponen
primer temperamen ayang kedua dinamakan viscorotonia, karena sifat-sifat
(kelompok sifat) yang dicakupnya berhubungan denagn dominasi dan antomi
struktur somatis. Orang yang somatotonis aktivitas otot-otot sekehendaknya
dominan. Orang yang golongan ini gemar akan ekspresi mus-kuler, suka mendapat
pengalan fisik.
Sifat-sifat temperament somatotonis ini
ialah:
a)
sikapnya gagah
b)
perkasa (energetic)
c)
kebutuhan bergerak besar
d) suka
terus terang
e)
suara lantang
f)
nampaknya lebih dewasa dari yang
sebenarnya
g)
bila menghadapi kesukaran-kesukaran
butuh melakukan gerakan-gerakan
3) Tipe celebrotonis
Komponen primer ketiga dinamakan
cerebotania. Sebenarnya Sheldon belum pasti benar tentang penamaan ini.
Dinamakan demikian karena dikirakan bahwa aktifitas pokok adalah perhatian
dengan sadar, serta inhibisi terhadap gerkan-gerakan jasmaniah.
Sifat-sifat
orang yang bertipe cerebrotonis itu adalah:
a)
sikapnya kurang gagah, ragu-ragu
b)
reaksinya cepat
c)
kurang berani bergaul dengan orang
banyak (ada sociopobia)
kurang berani berbicara di depan orang banyak
kurang berani berbicara di depan orang banyak
d) kebiasaan-kebiasaannya
tetap, hidup teratur
e)
suara kurang bebas
f)
tidur kurang nyenyak (sukar)
g)
nampaknya lebih muda dari yang
sebenarnya
h)
kalau menghadapi kesukaran butuh
mengasingkan diri
Ketiga
komponen itu dengan sifat-sifat yang dicakupnya merupakan Scale Of Temperamen, yang juga mempunyai sekala 1 sampai dengan 7.
Dengan uraian yang telah dikemukakan itu nyata, bahwa kalau dipandang dari segi
tipologi Sheldon membedakan adanya tiga tipe pokok temperamen, yaitu:
1. Visceretonia
2. Somatotonia
3. Cerebrotonia.
3.
Hubungan antara
Jasmani dan Gangguan-ganguan Kejiwaan
Penyelidikan-penyelidikan Sheldon tidak hanya
terbatas pada orang-orang yang normal saja, tetapi juga masalah-masalah
ketidaknormalan. Hasil penyelidikannya mengenai ini (bersama-sama dengan With
Katz) diterbitkan pada tahun 1948, Sheldon mengemukakan perihal gangguan
kejiwaan terdiri dari 3 dimensi primer. Ketiga dimensi itu pada pokoknya (pada
garis besanya) berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa digunakan dalam
diagnosis psikiatris. Adapun komponen-komponen psikiatris itu ialah:
a.
Affektive,
bentuknya yang ekstrem terdapat pada psikosis jenis manis-depresif (antara
ekstrem gembira dan ekstrem sedih, depresif).
b.
Paranoid, bentuknya yang ekstrem
terdapat pada para penderita psikosis jenis paranoid (banyak angan-angan,
pikiran yang sangat jauh dari kenyataan: merasa diancam, merasa diri terlalu
besar, dan sebagainya).
c.
Heboid,
bentuknya yang ekstrem terdapat pada para penderita hebephrenia, suatu bentuk
dari schizophrenia (a sosial, anti sosial).
Sheldon sendiri menyatakan, bahwa penyelidikannya
dalam lapangan ini masih harus diuji tetapi cara yang dipakainya memberi harapn
yang baik dimasa depan. Korelasi antara komponen-komponen psikiatris
(affaective, paranoid, dan heboid)denagn komponen-komponen somatipe semua
positif, walaupun tidak terlalu tinggi. Hal ini memberi kesimpulan bahwa antara
komponen-komponen somatipe dan komponen-komponen psikiatris itu terang ada
hubungan, walaupun hubungan itu tidak sederhana yang terdapat pada
komponen-komponen somatotipe dan komponen-komponen temperament.
4.
Faktor-faktor
yang Menjadi Perantara dalam Hubungan antara Jasmani dan Tingkah Laku
Hubungan antara komponen-komponen jasmani dan
tingkah laku dapat dijelaskan dengan beberapa cara:
a.
Sukses yang menyertai suatu cara
bertingkah laku tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan saja, tetapi juga tipe
jasmaninya. Misal: Orang yang octamorphis tentu kurang berhasil bertindak kasar
dan agresif, sedangkan orang yang mesomorphis akan lebih berhasil.
b.
Kemungkinan lain adalah bahwa hubungan
antara jasmani dan temperamen di hubungkan oleh anggapan yang stereotipis dalam
kebudayaan (tuntutan peran social) mengenai macam-macam tingkah laku yang
seharusnya dilakukan oleh orang yang berbeda-beda tipe jasmaninya itu. Jadi
individu yang memilki tipe jasmani tertentu itu menduduki peranan sosial
tetentu pada keadaan biasa diharapkan bertingkah laku sesuai dengan peranan
sosialnya itu. Harapan yang demikian itu akan berakibat, bahwa orang-orang yang
tipe jasmaninya berbeda akan bertingkah laku secara berbeda. Dan ini cenderung
untuk ditiru oleh orang lain yang punya tipe jasmani serupa.
c.
Kemungkinan lain adalah pengalaman atau
pengaruh lingkungan menghasilkan tipe tubuh tertentu, selanjutnya menimbulkan
kecenderungan tingkah laku tertentu. Contohnya orang yang berlatih atletik
mempunyai bentuk tubuh tertentu sehingga cenderung menghasilkan perilaku
tertentu pula.
d.
Kemungkinan terakhir adalah hubungan
antara bentuk fisik dan perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor genetis. Menurut
Sheldon faktor yang paling mempengaruhi adalah yang pertama dan kedua
(pengalaman selektif dan determinasi budaya walaupun dia mengakui pentingnya
determinasi genetis).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas tentang teori William H.
Sheldon dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.
Sehldon
mejelaskan bahwa dimensi jasmaniah terbagi dua yaitu komponen jasmani primer
dan komponen jasmani sekunder. Komponen jasmani primer adalah endomorphy,
mesomorphy, dan ectomorphy. Sedangkan komponen jasmani sekunder adalah displasia,
gynandromorphy, dan texture (tampang).
2.
dipandang dari segi tipologi Sheldon, Sheldon juga membedakan
adanya tiga tipe pokok temperamen yaitu; visceretonia, somatotonia, dan
cerebrotonia.
3.
Sheldon mengemukakan perihal gangguan
kejiwaan terdiri dari 3 dimensi primer. Ketiga dimensi itu pada pokoknya (pada
garis besanya) berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa digunakan dalam
diagnosis psikiatris.komponen-komponen psikiatris itu ialah; affetive, paranoid, dan heboid.
Referensi
Sumadi Suryabrata. 2002. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja
Grafindo
Persada
Khustyawan Eka Putra Handana .
2009. Hubungan Bentuk Fisik Manusia Dengan Tingkah Lakunya Berdasarkan Teori
William H. Sheldon. file:///D:/hubungan-bentuk-fisik-manusia-dengan.html. diakses tang-gal 16 Oktober 2012
http://psycho-library.blogspot.com/2012/01/wh-sheldon-psikologi-kepribadian.html.
diakses tanggal 16 Oktober
Tidak ada komentar:
Posting Komentar