Pasti sebagian besar
dari kita sudah tidak asing lagi dengan apa yang dinamakan melamin. Mungkin
persepsi kita langsung mengacu pada peralatan rumah tangga, seperti piring,
gelas, dan sendok. Memang bahan melamin banyak digunakan untuk membuat
alat-alat tersebut. Tetapi ada hal yang lebih mendalam lagi tentang melamin
untuk kita ketahui.
Melamin adalah suatu
senyawa atau bahan kimia kaya Nitrogen (N), C3N6H6 (2,4,6 – triamino–1.3.5–
triazine, CAS No. 108-78-1), merupakan senyawa kimia berbasis organik berbentuk
kristal putih. Meskipun tinggi nitrogen, melamin bukanlah protein. Kesalahan
selama ini diasumsikan bahwa semua unsur N berasal dari protein.
Kita tentu masih ingat
kasus susu yang ditambahkan melamin untuk mempertinggi nilai kandungan N
(sehingga dipersepsi kandungan protein tinggi). Penambahan melamin secara
sengaja ke dalam susu dimaksudkan untuk meningkatkan kadar nitrogen susu,
sehingga seolah-olah susu tersebut mempunyai kadar protein tinggi, jadi
seolah-olah susu tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah.
Melamin tidak
mempunyai nilai gizi seperti protein, bahkan keberadaannya dalam tubuh dapat
merusak organ tubuh. Melamin tidak dimetabolisme di dalam tubuh, secara cepat
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urine, dengan waktu paruh sekitar 3 jam.
Akan tetapi melamin dapat mengalami degradasi melalui hidrolisis menjadi
analognya yaitu ammeline, ammelide dan asam sianurat.
Melamin dan asam
sianurat dapat membentuk kompleks dengan ikatan hidrogen sangat kuat sehingga
terbentuk kristal dengan kelarutan sangat rendah. Hipotesis karena sifat inilah
maka menyebabkan terjadinya kristal melamin sianurat, kemudian terabsorpsi di
saluran pencernaan dan mengendap di tubulus ginjal (batu ginjal), mengakibatkan
kerusakan serta kegagalan ginjal.
Semula melamin
digunakan sebagai campuran bahan untuk pembuatan plastik, bahan perekat,
peralatan/wadah makanan, papan tulis, pencetakan, pelapis kayu serta untuk
pembuatan resin melamin (dicampur dengan formalin).
Melamin merupakan
persenyawaan (polimerisasi) kimia antara monomer formaldehid dan monomer fenol.
Bila kedua senyawa bergabung, sifat racun formaldehid akan hilang karena
terlebur menjadi satu yaitu melamin. Tetapi formaldehid dapat muncul dan
bersifat racun bila melamin mengalami depolimerisasi, misalnya karena paparan
panas, sinar ultraviolet, gesekan dan tergerusnya permukaan melamin hingga
partikel formaldehid terlepas.
Pada wadah/peralatan melamin yang terbuat dari
urea formaldehid mempunyai ikatan kimia berupa rantai lurus dan kurang stabil,
sehingga pelepasan formaldehidnya lebih mudah, dan hanya tahan sampai suhu 62
derajat celcius, dengan akibat wadah tersebut lebih mudah pecah atau berubah
bentuk pada perlakuan suhu ekstrem.
Jadi kalau anda
memakai peralatan wadah makan untuk hidangan panas, perlu diwaspadai atau
bahkan dihindari, karena panas tadi bisa merusak ikatan formalin dan larut
dalam makanan. Buruknya lagi karena formalin tidak berasa, kita tidak akan
menyadari bahwa makanan kita sudah tercampur formalin. Yah, dari pada ambil
resiko hidangan kita pakai bumbu tambahan formalin, lebih baik pilih-pilih alat
makan kita kan!
Sumber: http://www.chem-is-try.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar